Halaman:Si Djamin dan si Djohan.pdf/95

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

79

kata dengan soewara jang tetap: „Boekan saja jang poenja, tetapi njonja Kong Soei, jang memberi pakaian itoe. Roepanja njonja itoe `tidak tahoe. Kalau tadi-tadi saja mendapat tjintjin itoe, tentoe soedah saja kembalikan kepada jang poenja. Berilah, soepaja saja pergi kembalikan sekarang ini djoega." Sambil berkata itoe si Djamin mengoeloerken tangannja.

„Engkau kembalikan ?" djawab si Inem dengan tersenjoem.

„Apa goenanja engkau kembalikan; jang soedah terberikan, tinggal terberikan." Laloe si Inem menjimpan tjintjin itoe kedalam kantoengnja. Si Djamin berterijak, laloe melompat menangkap iboenja akan mereboet tjintjin itoe kembali. Tijadalah diingatnja lagi, ija tijada koewat melawan si Inem.

Perempoewan jang bengis itoe menangkap si Djamin pada bahoenja, laloe ditolakkannja anak itoe dengan sekoewat-koewatnja, sehingga terpelanting ke soedoet roemah. Disana terdoe-doeklah ija menangis tersedoe-sedoe.

Dalam hati perempoewan itoe tijadalah ada soewatoe pikiran jang senonoh dan tijadalah ija menaroeh iba-kasihan kepada sijapapoen djoewa. Toedjoeannja dalam kehidoepan lain lijada, melainkan senantijasa hendak menjenangkan dirinja dan meratjoen badannja, hatinja dan djiwanja. Perkara jang lain daripada itoe tijada dipedoelikannja. Meskipoen orang mengata-ngatal dija, tijada didengarkannja. Orang jang laloe-lintas menoendjoek kepada dija, kalau ija berdjalan ke pendjoewalan tjandoe, tetapi tijada diindahkannja; péndéknja tijadalah ija mengindahkan soewatoe apa, asal sadja ija dapat memoewaskan hawa nafsoenja jang djahat itoe.

Si Djamin tinggal dengan saudaranja menangis di roemah itoe, karena ija amat kehilangan 'akal.

„Betapakah nanti persangkaan njonja jang baik boedi itoe kepada saja, sebab tijada saja poelangkan tjintjin itoe?" itoelah pikiran Jang berkisar-kisar didalam hati si Djamin, menerbitkan marah dan doekatjitanja.

„Pentjoeri! Pentjoeri!" berseroe ija sambil mangamang-amang dengan tindjoenja kearah pintoe, tempat si Inem itoe laloe keloewar.

„Bang! djangan abang menangis!" kata Djohan memboedjoek-boedjoek saudaranja itoe. „Dimana abang semalam? Sijapa njonja itoe?"