Kekuatan ekspresi magis dan makna-maksa simbolis dari berbagai motif tampil pada setiap patung tradisional, jelas terdapat unsur pengahayatan kepercayaan. Demikian pula seni patung yang terdapat di daerah Batak sesuai dengan kepercayaan yang dianut di daerah Batak sesuai dengan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat, mempunyai peranan sosial yang penting. Pada masa prasejarah (seni patung) yang terdapat di daerah Batak dari Nias pada umumnya kelahirannya bertolak dari masalah kehidupan manusia yang dikaitkan dengan unsur-unsur kepercayaan yang melandasi berbagai aspek kehidupannya.
Oleh karenanya patung yang terdapat pada masyarakat Ba tak pada umumnya dibuat bukan semata-mata untuk kesenangan pengungkapan rasa seninya. Tetapi justru timbul dari dorongan sesuatu yang berkaitan dengan kepercayaan, tentang ketinggian martabat dari nenek moyang yang dipandang sebagai juru selamat.
Gangguan alam, peperangan antar suku dan lain sebagainya, memaksa mereka mencari perlindungan kepada roh-roh nenek moyang yang diwujudkan lewat pahatan berupa patung-patung.
Pemujaan terhadap nenek moyang seperti yang diuraikan di atas adalah satu segi kehidupan masyarakat prasejarah yang timbul dengan kuat di kalangan masyarakat Batak dan Nias. Sekalipun pada zaman sekarang masyaraklat Batak dan Nias telah menganut Agama Islam dan Kristen, namun bekas-bekas kepercayaan animistis masih terasa di kalangan masyarakat Batak dan Nias. Berarti kebudayaan prasejarah tetap mempertahankan eksistensinya terhadap desakan atau pengaruh yang datangnya dari luar. Salah satu contohnya adalah patung singa-singa, gajah dompak pada rumah tradisional Batak Toba; kuda-kuda pada rumah tradisional Karo; bohi-bohi pada rumah adat Simalungun, Uting-uting pada rumah adat Mandailing, sampai pada gaya arsitektur masa kini. Patung perminakan untuk penawar orang sakit.
Patung pagar jabu dan lain-lain, sampai sekarang masih dipakai oleh masyarakat Batak Karo.
72