30
Jalan Kuin ini terbagi dua oleh Sungai Kuin sendiri, karena itu disebut Kuin Utara dan Kuin Selatan. Pada bagian lain terdapat pula Kampung Alalak yaitu Alalak Utara dan Alalak Selatan. Keduanya adalah perkampungan rakyat yang penempatan rumahnya tidak teratur.
Pada tahun 1970—1979 makin berkembang lagi pembangunan terutama pemukiman dan seiring dengan itu jalan-jalan diperlebar dan diperpanjang arah ke Barito Kuala. Di sini ditemukan jalan Kayu Tangi yang sekarang diganti namanya menjadi Jalan Brigjen H. Hassan Basri. Di kiri dan kanannya dibangun pemukiman Kayu tangi I dan II sebagai realisasi dari proyek perumahan rakyat. Gedung-gedung juga dibangun. pada jalan ini seperti gedung Universitas Lambung Mangkurat, Rumah Sakit Jiwa dan SPSA.
Ke sebelah selatan berkembang pembangunan rumah-rumah rakyat yang umumnya tidak teratur dan berdempet-dempet seperti daerah Kelayan, dan Pemurus. Arah ke Hilir Sungai Martapura ditemukan Kampung Mantuil di pertemuan. Sungai Barito dan Martapura. Antara Mantuil dan Banjarmasin ada dibangun beberapa industri kayu lapis, industri kapal layar dan dok-dok kapal terutama di tepian Sungai Martapuranya3).
Di sebelah timur, daerah ini termasuk padat penduduknya. Bagian ini termasuk pusat kota pada masa Kerajaan Banjar, dan berseberangan dengan pusat pemerintahan Kalimantan Selatan. Pembangunan tidak banyak, tetapi pertambahan perumahan penduduk makin padat. Tetapi bangunan pemerintah bertambah dengan perumahan ABRI di Kompleks A. Yani dan bertambahnya pasar di kompleks ini. Demikian pula adanya jalan tembus antara Jalan Veteran dan Jalan A. Yani sebagai jalan protokol yaitu Jalan Gatot Subroto. Pembangunan pada jalan Gatot Subroto berhubung dengan pusat, karena di tepi jalan dibangun rumah-rumah gedung dan gedung-gedung kantor. Arah ke dalamnya baik kiri dan kanan perumahan elite baru pada masyarakat Banjar.