Lompat ke isi

Halaman:Sejarah Kota Banjarmasin.pdf/167

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

157

Alat angkutan yang digunakan di dalam kota kebanyakan melalui sungai seperti jukung dan perahu tambangan. Untuk angkutan perahu kecil (jukung) ini tempat terminalnya dulu sungai sekarang di seberang Mesjid Sabilal Muhtadin dan di Teluk Kelayan serta Telawang. Alat angkutan air ini terkenal dengan sebutan Getek. Jenis lain yang juga dipakai angkutan adalah Perahu Tambangan. Perahu Tambangan ini sejenis perahu kecil (jukung) namun berbeda dengan jukung, karena pada haluan dan buritan mempunyai sampung berukir dan mempunyai Atap (alat pelindung). Perahu tambangan biasanya terdapat di sekitar Ujung Murung sampai ke Pasar Kupu-kupu. Perahu tambangan ini biasanya mengangkut bahan sandang dan barang-barang pangan lainnya.

Untuk ke daerah pedalaman yang lebih jauh bisa digunakan bus, juga hanya separo jalan, sisanya dilanjutkan dengan kapal sungai.

Tarif atau biaya angkut saat itu dibanding dengan sekarang jauh berbeda, disebabkan nilai rupiah yang tidak sama. Oulu untuk pergi dari Banjarmasin ke Martapura sebanyak Rp 20,-. Dari Banjarmasin ke Kandangan sebanyak Rp 35,-. Sedang sekarang dari Banjarmasin ke Martapura sebesar Rp 1.000,- dan dari Banjarmasin ke Kandangan mungkin sebesar Rp 2.000,- juga dari Gambut ke Banjarmasin sekarang sekitar Rp 750,-11) .

7.3 Terminal Kota sebagai Urat Nadi Lalu-lintas Darat di Kota dan di Luar Kota

Di tahun 1950 ini keadaan Kota Banjarmasin tidak banyak mengalami perubahan kecuali statusnya sebagai ibu kota, yaitu sebagai kota praja menjadi daerah otonom. Beberapa tahun kemudian secara berangsur-angsur diadakan perubahan terutama pada penamaan jalan-jalan dan nama-nama kantor, baik nama-nama dari bahasa Belanda dan bahasa Jepang. Seperti antara lain pengubahan nama jalan dari bahasa Belanda menjadi bahasa Indonesia.