Lompat ke isi

Halaman:Sejarah Kota Banjarmasin.pdf/119

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

109


Tahun 1950 tersebut jumlah rumah asap karet sebanyak 1.725 buah dengan jumlah kapasitasnya 337.006 kg dan pada tahun 1951 jumlah rumah asap 1.854 dengan jumlah kapasitasnya 347.509 kg.

Dalam bidang perkebunan, selain karet sebagai bahan komoditi ekspor pada masa itu, yang tidak kalah pentingnya adalah rotan. Rotan sebagai penghasilan penduduk, juga telah banyak berperan dalam meningkatkan kehidupan rakyat di Kalimantan Selatan. Seperti halnya karet maka rotan ini juga telah dikirim ke luar negeri seperti Singapura, Jepang, Hongkong, Pilipina, Cina dan lain-lain.

Ekspor karet dan rotan ini ada yang dilaksanakan secara langsung dengan melalui kapal-kapal luar negeri yang pulang dan pergi berdagang ke Banjarmasin dan ada pula dilaksanakan dengan cara tidak langsung, dalam arti bahwa barang ekspor tersebut dibawa oleh para pedagang ke pelabuhan di Jawa, yang kemudian Jawa dikirim ke luar negeri.

Kemudian selain dari produksi perkebunan seperti karet dan rotan yang cukup penting di daerah Kalimantan Selatan, juga banyak potensi sosial ekonomi lainnya di daerah ini yang dikembangkan pada waktu itu.

Di bidang pertanian, daerah Kalimantan Selatan dapat dikatakan telah berkembang menjadi salah satu lumbung padi Kalimantan yang terkenal. Pada tahun 1950 itu untuk seluruh pulau Kalimantan tercatat 191.369 hektar sawah dan 200.815 hektar ladang dengan lebih kurang 269.113 ton padi³ ).

Di bidang perikanan, daerah Kalimantan umumnya dan Kalimantan Selatan khususnya, boleh dipandang sebagai daerah yang cukup kaya dengan ikannya, baik ikan laut maupun ikan sungai dan danau. Daerah-daerah sepanjang pesisir pantai pulau Kalimantan umumnya dihuni oleh para nelayan yang sudah turun-temurun dengan profesi tersebut. Di Kalimantan Selatan daerah yang paling terkenal dengan ikannya adalah Kotabaru.