Halaman:Rimba-Rimba.pdf/96

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

Ia tahu tujuan perjuangannya berada dalam tas itu. Ia cepat merogoh ransel itu. Segera diperiksa isinya. Lengkap. Pistol masih ada. Peluru masih ada. Dokumen Juga masih ada, Aman.

“Siapa mereka? Begitu cepat dan hebat?"

Ia segera sadar dan teringat empat orang anak buahnya. Kemudian dengan cepat ia bergerak ke balik semak-semak. Dari jauh terdengar aaman harimau. Ia pun mengambil posisi dengan cepat. Bertemu harimau di tengah hutan belantara adalah hal yang biasa baginya.

Di depan, di dekat sungai, samar-samar terlihat empat orang anak buahnya yang tergolek lemas dalam keadaan tangan yang terikat. Harimau itu semakin mendekat kea rah mereka. Segera ia mengarahkan cahaya senter ke arah mereka.

“Letnan Tolong,” teriak mereka.

Harimau itu semakin mendekat. Ekornya bergerak-gerak. Badannya terlihat kokoh dan bagus. Kemudian ia semakin mendekat. Mukanya menyeringai menakutkan.

Pelan-pelan Beni mencabut pistolnya. Tapi ia tidak yakin dengan kondisi seperti itu apakah ia akan mampu menembak mati. Jika tidak tepat di kepala, maka itu akan menyebabkan keempat anak buahnya mati sia-sia.

Beni belum bisa mengambil keputusan. la hanya mencari peluang agar tembakannya tidak meleset. Namun harimau itu dengan cepat menyambar. Beni terlambat. Kemudian hening. Senyap.

Beni merasa bersalah. Ia menyesal tidak menembak harimau itu. Kini keempat anak buahnya dibantai dengan sadis di depan matanya sendiri. Ia menangis. Baru kali ini ia menangis. Padahal ia adalah pejuang yang begitu hebat. Tangguh. Namun ternyata