Halaman:Rimba-Rimba.pdf/70

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

“Upss. Jangan berebut. Mulai sekarang kita mesti hati-hati. Kamil, coba kamu lihat dulu apakah keadaan di luar aman,” kata Johan.

Mereka saling berpandangan mendengar kata Johan itu, namun tidak seorangpun yang berani membantah, karena memang ada benarnya juga. Bagaimana tadi kalau ada pasukan pusat di luar. Mereka bisa disate.

Kemudian mereka memilih keluar dari pintu belakang rumah Buya dan mengendap-endap sepanjang hiliran sungai hingga sampai di daerah Sapan, kemudian memutar arah dengan mendaki Bukit Tabuah.

Sesampai di jalan umum, Johan memerintahkan Kamil untuk berjalan sekitar dua puluh meter di depan dan Ali dua puluti meter di belakang.

“Ada-ada saja,” umpat Kamil.

Sesampai di Lubuk Batu Gajah seharusnya mereka lurus saja hingga mencapai kaki bukit Tambang Aro, namun Johan memilih memutar ke kiri hingga mencapai tambang pasir rakyat.

“Kenapa mesti ke tambang pasir?”

“Ikut sajalah.”

Kemudian mereka bergegas menyusuri tebing yang curam itu. Lagi-lagi Johan meminta Kamit untuk mengamati dulu situasi sebelum beranjak. Tak lama kemudian terdengar suara bising. Scbuah pesawat melayang-layang tepat di atas mereka. Untung saja mereka terlindung tebing, sehingga tidak terlihat dari luar. Hati mereka jadi citu. Nyali pun hilang.

“Benar kan, sudah tidak aman?” katanya.

Setelah situasi dirasa aman, kemudian mereka mendekat ke sebuah lobang seperti goa bekas tambang pasir itu, Saat itulah mereka terbelalak melihat ada


54