Halaman:Rimba-Rimba.pdf/62

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

Tepat pukul 12 malam terdegar suara derap kaki di luar. Buya sudah tahu siapa yang akan datang. Tetapi ia juga tahu apa yang akan dilakukan tamu-tamu tidak diundang itu.

la membukakan pintu, membiarkan mereka masuk.

"Gawat Buya, kita harus cepat pergi. Gestapu, sebutan untuk antek komunis, sedang berkeliaran. Bahaya," ujar seseorang dari mereka. Yang masuk hanya tiga orang. Buya bisa merasakan setidaknya yang datang lebih dari lima orang. Sisanya berjaga di luar.

"Kami disuruh Buya Hasan untuk menjemput Buya," ujar lelaki itu lagi.

"Hem...." Buya bergumam.

la tahu, mereka bukan utusan Buya Hasan, sahabatnya itu. Ia tahu mereka antek-antek komunis. Tetapi Buya tidak menolak untuk dibawa, karena memang tidak ada cara lain. Ia tahu kemana akan dibawa dan apa yang akan dilakukan.

Malam itu juga mereka beranjak. Menyusuri malam yang kian pekat. Mereka membawa Buya melalui jalan-jalan pinggir kampung. Hingga sampai di sebuah pondok di tengah hutan. Merekapun berhenti.

"Kita istirahat di sini Buya, kasihan Ibu," kata salah seorang dari mereka.

Istri Buya tersenyum kecil mendengar kata lelaki itu. la tidak ingin menampakkan kegelisahannya. Setidaknya dari tadi suaminya tidak pernah merasa cemas. Hal itu membuat dia yakin, kalau semua akan baik-baik saja,

Pagi, setelah salat subuh mereka melanjutkan perjalanan. Tidak banyak percakapan dalam perjalanan itu. Orang-orang itu mengatakan Buya akan dibawa ke suatu tempat yang aman karena di kampung sudah tidak

48