Halaman:Rimba-Rimba.pdf/23

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

"Apa? Jadi mereka betul-betul berhasil membonceng dalam operasi itu?" Semua mata terbelalak.

"Ya, bahkan saya dengar awalnya Soekarno tidak mau mengirim pasukan karena masih menghormati kita-kita yang ada di sini. Menghormati Hatta, Agus Salim, Syahrir, kita semua. Dia berharap kita yang ada di sini bisa menyelesaikan persoalan ini secara damai. Tetapi PKI terus menekannya.".

"Minangkabau, para ulama, Masyumi. bukankah semua itu batu sandungan yang harus segera mereka lenyapkan? Dan sekaranglah kesempatan itu. Selama ini mereka tidak punya celah untuk masuk," yang lain menimpali.

"Gegabah jika PRRI tidak memperhitungkan hal yang seperti ini." Suara mereka sepakat.

"Keputusan perang yang sudah dibuat tidak mungkin dicabut lagi. Pemberontakan tentu tidak bisa dibiarkan. Jadi apa yang bisa kita lakukan sekarang ini?”

Suasana hening. Mereka seakan dihadapkan batu karang yang keras. Mereka membubarkan diri dengan genangan air mata di pelupuk. Membayangkan ranah Minang, tanah kelahiran mereka, sebentar lagi akan diamuk perang saudara.


***

9