Halaman:Rimba-Rimba.pdf/199

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

hanya tersenyum-senyum. Mungkin ia bangga dengan dirinya sendiri. Ia bangga karena selama perang bergejolak ia sudah menepati janjinya untuk menjaga harta peninggalan VOC itu.

“Ayo,” ujar Buya.

“Baik Johan, kita berpisah di sini. Saya ada tugas yang lebih besar, Setelah tugas ini selesai, kita akan bertemu di lagi di Alahanpanjang,” kata Mangkuto. Johan mengangguk. Ia mengerti dengan apa yang akan dilakukan Mangkuto.

Bagi Johan lelaki itu memang sangat tuar biasa. Ia bisa dipercaya. Ia pasti akan menyembunyikan cemas itu sampai saatnya dibutuhkan negara ini. “Negara ini beruntung karena punya orang seperti Uda," kata Johan.

Mereka pun bersamalam. Tanaka mengikuti langkah Mangkuto.

Sementara itu Johan dan Buya Malin Mandaro bergegas ke luar. Rombongan itu sudah Stap untuk berangkat. Mereka akan menjalani perjalanan yang cukup panjang.

“Saya rindu dengan dunia luar. Saya rindu dengan umat,” ujar Buya Malik.

“Ya...saya juga,” jawab Buya Malin Mandaro.

Mata orang-orang itu berbinar-binar. Sudah lama mereka diasingkan di tempat itu. Sekarang perang sudah selesai, mereka masih punya tugas yang maha berat. Mereka harus mengembalikan semangat Sumatra Barat yang sudah luluh fantak karena kafah perang itu.

Mereka harus mengobati luka-luka perang itu. Mereka harus memunculkan lagi tokoh-tokoh dari bumi yang kalah perang.