Halaman:Rimba-Rimba.pdf/182

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

Ketika siang mereka harus masuk ke perkampungan penduduk.

“Hati-hati,” kata Mirus.

“Hati-hati,” kata Johan meneruskan.

Mereka pun berjalan pelan dan hati-hati sekali.

“Kita sampai di Sariak Bawah. Lihat, hanya itu jalan satu-satunya yang bisa kita tempuh. Di atasnya bukit, di bawahnya jurang. Tidak ada jalan lain.”

“Ya, hati-hati saja.”

Jalanan waktu ilu lengang. Tidak ada orang lain. Tidak ada rintangan sama sekali. “Ini terlalu mudah. Saya mencium gelagat tidak baik. Mundur semua. Kita masuk dalam perangkap,” kata Johan.

Beberapa orang temannya pun mundur teratur. Seperti sudah direncanakan semula, mereka kemudian melompat ke dalam sungai itu. Mirus tahu betul kondisinya. Sungainya banyak rerumputan sehingga banyak tempat untuk bersembunyi. Kemudian mereka menyeberang dengan cepat dan bersembunyi di balik pohon yang besar.

Benar saja yang dirasakan Johan. Dari seberang terlihat sekitar ima orang berlari dengan kencang. Mereka tidak sadar kalau buruan mereka sudah hilang dan entah dimana.

Seorang menembakkan senjatanya tidak tentu arah. la begitu sakit hati karena petugas yang menjaga pos terlambat melapor. Dalam sekejap keadaan langsung berubah.

Begitu mudah memang. Lima orang itu langsung terkapar secara bersamaan karena hantaman tongkat runcing yang dibubuhi racun itu.

“Tidak meleset," kata Imron.