Halaman:Rimba-Rimba.pdf/180

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

Mereka pun sepakat dengan hal itu. Apapun rintangan yang dihadapi nanti akan ditanggung bersama, Walau pun demikian mercka masih belum yakin apa yang mereka lakukan akan berhasil.

Malam itu mereka tidur di hutan belantara. Tidak seperti biasanya, saat ini hutan dalam keadaan lengang. Kalau hari sebelumnya dalam satu hari pasti mereka berpapasan dengan orang lain. Kalau tidak pejuang, ya penduduk yang mengungsi. Namun kali ini hutan itu kian lengang.

Malam itu Johan tidak bisa tidur. Ia harus mencari cara untuk mengalahkan pasukan Beni. Zakir yang melihat Johan belum tidur pun ikut duduk di sebelahnya,

“Bagaimana menurumu Kir? Apa kita punya peluang yang cukup untuk melindungi ulama-ulama itu. Bahkan tempatnya saja kita belum tahu. Sedangkan mereka? Mereka sudah paham dengan situasi daerah itu. Apakah kita tidak akan mati sia-sia?”

“Saya juga kurang yakin. Tapi apa kita punya pilihan lain?”

“Coba kamu panggil penunjuk jalan.”

Zakir pun bergegas menuju lelaki si penunjuk jalan itu. Lelaki itu masih berusia sekitar 35 tahun, namun wajahnya lebih tua dibanding usianya.

“Uda Mirus, coba Uda ceritakan bagaimana cara kita mencapai ke sana dan bagaimana kondisi di sana,” pinta Johan.

Lelaki itu pun menghisap sebatang rokok. Ia menghela nafas panjang. “Saya baru sekali ke sana, Itu pun tidak sampai ke tempat persembunyian.”

“Apa? Uda juga belum pernah sampai tempat persembunyian?”