Halaman:Rimba-Rimba.pdf/164

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

sebuah perbukitan yang tinggi dan air terjun di bawahnya.

Rembongan itu menyelusuri pinggir tebing dan akirnya sampa! di sebuah goa yang besar. Begitu indah. Stalagtit dan stalapmite memancarkan kedamaian tersendiri. Cahaya matahari menerobos dari sela-sela lobang. Tiba-tiba saja seorang bermata sipit keluar dari mulut goa.

“Siapa itu?”

“Tenang saja.”

Sutan Kayo yang ada paling belakang segera mencabut goloknya. Ia langsung mengejar orang tersebut. Untung saja Agam yang menjadi ketua rombongan segera mengapit tangannya.

“Dia ada di pihak kita, Dari dialah kami tahu keberadaan goa ini.”

Sutan tergagap. Lelaki di depan itu adalah Jepang tulen. Ia tahu wajah orang Jepang. Setidaknya dia penah mengejar dan dikejar Jepang-Jepang itu selama perang kemerdekaan.

“Ceritanya panjang.”

“Nanti diceritakan.”

Kemudian rombongan sekitar sepuluh orang itu masuk ke dalam goa yang dijaga orang Jepang itu.

Alangkah terkejutnya mereka melihat pemandangan yang ada di dalam goa itu. Seperti sebuah rumah. Bersih karena selama ini ditunggui si sipit.

Di belakang bukit mereka membangun pondok tiga buah pondok. “Jika situasi tidak aman, kita akan bersembunyi di dalam goa. Sampai kiamatpun mereka lidak akan menemukan tempat ini,” ujar Agam bangga. Beberapa rombongan takjub melihat pemandangan itu. Wajah-wajah kelelahan, letih, kurang tidur, akhirnya