Halaman:Rimba-Rimba.pdf/133

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Namun Mangkuto bukanlah orang sembarangan. Ia juga pesilat yang tersohor dan mempunyai ilmu kebatinan yang cukup tingginya. Ia tahu apa yang mesti dilakukan.

Malah menurut beberapa orang anak buahnya, dia tidak mempan senjata api. Hampir lima jam mereka menyusuri hutan-hutan itu. kemudian terhenti mendengar Suara ribut dekat perkampungan.

“Kita di Alahanpanjang sekarang?” kata Mangkuto.

Mereka pun mengambil sikap siaga dan mengamati apa yang terjadi. Kemudian mercka mendekat. Mereka melihat dengan jelas, lima orang tentara rimba sedang menyerang pos APRI. Begitu lincah dan gesit. Tanpa senjata api, hanya dengan tombak dan lemparan batu.

Mereka hanya melempar menggunakan batu dan beberapa bom molotov. Di balik jembatan kecil itu mereka bertahan dan hampir terdesak,

Waktu itu pasukan pusat sudah mengepung mereka dari beberapa penjuru. Tapi lima orang itu tidak gampang menyerah.

Sebuah batu sekepalan tinju mendarat di dada Seorang tentara. Ia tersungkur. Terlihat muntah darah dan tak bergerak lagi.

Sementara itu anak panah meleset dalam keributan bunyi senjata, Mereka tctap bertahan di batik jembatan kecil itu.

Sekitar dua jam kemudian mereka benar-benar Sudah kehabisan persediaan senjata. Bahkan batu tidak ada yang tertinggal,

“Apa yang akan kita lakukan sekarang?” tanya Zakir pada Johan,

“Tenang saja dulu. Gunakan pisau, kalau mereka mendekat, serang dan rebut senjatanya.”

“Baik.”