Halaman:Rimba-Rimba.pdf/126

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

“Baik Mangkuto. Saya mendengar mereka itu masih dari Aie Dingin juga dan anak murid Buya Malin Mandaro. Mereka meinang hebat, murid silat andalan.”

“Apa?”

Ia terkejut. Seakan ingat dengan nama yang baru saja disebut Mansur itu.

“Buya Malin Mandaro...” ta terlihat seakan berpikir.

“Oohh...”

Mangkuto mengelus-elus janggultnya. Setidaknya 2 mendapat titik terang. Ia masih mencoba mengingat-Ingat.

“Mansur...”

Ia setengah berteriak. Mansur terkejut.

“Saya Ingat nama itu masuk dalam salah satu 'rantai' yang ingin dihabisi pasukan Beni. Ya, saya sempal membaca nama itu dalam dokumen Beni.”

“Rantai? Apa maksudnya Mangkuto?” Mansur dan Malik terbelalak.

“Baik. Sudah saatnya saya menceritakan semuanya kepada kalian.”

“Kalian tahu dimana Beni sekarang?”

“Setahu kami dia menjalankan tugas seperti biasa Mangkuto. Seperti kita. Berpindah dari satu hutan ke hutan Jain. Bergerilya dan sesekali menghadang pasukan musuh.”

“Menghadang pasukan musuh, he em.”

Ia mengangguk-angguk kecil.

“Apa yang kalian ketahui tentang Beni?”

Yang ditanya menjadi semakin tidak mengerti. Kemudian mereka menggaruk-garuk kepala. Entah memang gatal atau karena memang tidak mengerti apa maksud pembicaraan komandannya.