Halaman:Rimba-Rimba.pdf/117

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

“Bahkan kita mau mengkhianati teman-teman seperjuangan kita. Kita mengkhianati teman-teman kita semua, Mengkhianati ranah Minang.”

“Tapi dia salah untuk satu hal Datuak...”

“Yang namanya paham komunis tidak akan pernah sesuai dengan falsafah hidup orang Minang. “Adat basandi syara", syara” basandi Kitabullah. Semua itu sudah pasti dan tidak bisa ditawar lagi.”

“Ya, yang namanya orang Minang tidak ada yang mengakui bahwa Tuhan itu tidak ada.”

“Ya, mereka salah untuk yang satu ini.”

Di lembah itu, mereka menyesali yang sudah mereka kerjakan selama ini. Terpaksa. Hanya tiu satu kata yang ada di benak mereka. Jika perintah Beni tidak dilaksanakan mereka akan mati.

Mereka tahu siapa Beni. Ia sebenarnya orang yang kejam. Bahkan semenjak Beni menjadi pelatih mereka dulu, Beni sudah memperlihatkan kekejamannya. Tiga orang ditembak mati karena menolak perintah. Ketiganya dikatakan sebagai korban kecelakaan dalam latihan.

“Ayo cepat, kita buka sekarang.” |

“Abu, lihat keadaan sekeliling. Saya curiga Beni menyuruh anggota yang lain untuk mengikuti kita.”

“Baik...”

Kemudian Datuak bersama empat orang temannya membuka dokumen yang sangat rahasia yang harus diserahkan pada Suroso di Pasar Alahanpanjang itu.

Datuak membuka dokumen itu, alangkah terkejutnya mereka ternyata dokumen itu adalah sebuah peta.

“Peta?”

“Ya...peta lokasi pasukan PRRI," katanya.


101