Halaman:Rimba-Rimba.pdf/100

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Rimba-Rimba

Johan memberi isyarat kepada teman-temannya untuk tidak makan. Kasihan si ibu itu. Barangkali saja dia tidak punya makanan yang banyak. Barangkali ia hanya terpaksa dan takut. Atau barangkali ada racun di dalam makanan itu. Berbagai perasaan dan pikiran muncul,

Johan memberi perintah kepada Zakir untuk mencari binatang hutan yang bisa dimakan, Sekejap Zakir menghilang di belakang pondok dan kembali dengan seekor ayam hutan, Itutah kepiawaian Zakir. Ia bisa mengendus dengan cepat. Matanya tajam di malam hari.

Ayam hutan yang lumayan besar itu mereka sembelih dan panggang di belakang pondok itu. Sang ibu hanya tertawa melihat ulah tentara-tentara muda itu. Tidak beberapa lama di kejauhan terlihat sekelompok orang datang dengan lampu suluh bambu di tangan mereka. Johan memberi isyarat pada kawan-kawannya untuk siaga. Namun si ibu dengan cepat mengetengahi.

“Itu juga pasukan rimba. Apa kalian tidak saling kenal?”

“Ya. Kami baru lihat,” kata Johan singkat.

Lima orang yang lewat dengan memanggul senjata itu mengangkat tangannya memberi salam. Johan pun mengangkat tangannya.

“Mampir dulu. Ada ayam bakar enak,” kata Kamil berbasa-basi.

“Teruslah. Kami harus ke Aie Dingin. Akan ada penghadangan pasukan musuh di sana,” kata seorang diantara mereka.

“Aic Dingin?”

“Ya. Mengapa kaltan tidak tahu? Kemana saja kalian?84