Halaman:Puisi Afrizal Malna; Kajian Semiotika.pdf/63

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
    jadi perempuan, Sitti. aku telah jadi perempuan di seluruh novel yang sedih. Hingga rambut panjang menyentuh leherku sendiri. Siapakah yang telah tertembak di situ, antara sejarah, novel, atau seorang ibu.
    Ada anak-anak menari, menyayi, dalam novel yang lain. Mereka memakai tubuh ibunya. Dan menemukan Sitti dalam tradisi yang lain, antara masa lalu yang melepaskan sepatunya dalam sejarah: Sitti, ilmu pengetahuan itu seperti novel penuh batu, dia yang tak ada, dan semangka.

Larik pertama dan kedua tersusun dengan untaian larik yang tergolong panjang, masing-masing mempunyai delapan dan tujuh larik. Jika dilihat, larik yang tersusun dalam sajak tersebut juga panjang, yaitu berkisar antara enam sampai dengan sembilan kata per lariknya. Hal itu menandakan sebuah bentuk narasi yang berusaha bercerita dengan agak memadai. Dengan kata lain, nuansa naratif ingin ditampilkan penyairnya. Nuansa itu kira-kira menyiratkan sebuah ratapan bagi tokoh Sitti yang terjepit tradisi beserta dampak kolonialisme, yang di dalam konteks teksnya, kekuasaan patriarkat dilambangkan oleh Datuk Maringgih.

Sajak "Perempuan dalam Novel" ini memiliki beberapa permainan aliterasi yang kental dan ansonansi yang juga bagus untuk didengarkan walaupun sesungguhnya, seperti sajak Malna yang lain, tidak berangkat dengan permainan demikian. Sajak-sajak Malna tetapi lebih menekankan permainan diksi. Pada larik pertama terdapat permainan aliterasi vokal bilabial [b] dan [p] Sebuah biografi tak pernah minta ampun pada siapa pun.

Aliterasi [s] juga terdapat pada Sitti menemui kekasilnya di situ, dari gagasan tak mengenal sepatu. Atau berikut ini, Sitti mengisap tradisi dan kolonialisme penuh sepatu. Konsonan itu memperoleh kombinasi huruf vokal [a], [i], [e], pada dan menemukan Sitti dalam tradisi yang lain, antara masa lalu yang

49