Halaman:Puisi Afrizal Malna; Kajian Semiotika.pdf/18

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Karena itu, penelitian ini memakai teori semiotika yang dikemukakan oleh pemrakarsa ilmu linguistik modern, yaitu Ferdinand de Saussure dan Charles Sander Peirce. Semiotika merupakan istilah yang dikemukakan oleh filsuf pragmatisme Amerika Serikat Charles Sander Pierce (1839-1914) untuk menamakan apa yang disebutnya “dogma resmi tanda”. Sementara itu, dalam waktu yang hampir bersamaan melalui karyanya Cours de Linguistigue Generale (1915), Saussure (dalam Newton, 1988: 170) menyatakan bahasa merupakan salah satu bagian dari ilmu tentang tanda yang disebut dengan 'semiologi . Jadi, maksud keduanya tidaklah jauh berbeda.

Jika Pierce memaksudkan bahasa sebagai sistem tanda, walaupun tidak terlalu menonjol, sebagai bagian dari semiotika umum, ilmu tanda dari tradisi Saussurean justru menganggap semua tanda, mulai dari yang verbal hingga yang nonverbal sebagai praktik budaya, seperti busana, sajian makan seperti pembahasan semiotika oleh Barthes dibentuk oleh sistem bahasa. Dengan kata lain, tanda-tanda dalam praktik kebudayaan dibaca sebagai sistem bahasa (Selden, 1989: 56).

Saussure telah mendudukkan konsep fundamental kajian Jingusitik modern yang juga nantinya melahirkan aliranstrukturalisme di Prancis dalam bukunya Course de Linguistigue Generale. Ia mengemukakan empat prinsip penting sistem bahasa, yaitu berupa pasangan oposisi penanda-petanda (siguifier-signifted), yang merupakan basis dari ilmu tanda itu), langue-purole, sintagmatig-paradigmatig, dan sinkronis-diakronis (Saussure, 1978).

Semiotika mempunyai tiga komponen pokok, yaitu tanda (sigri). Jambang (symibol), dan isyarat (signal) (Santosa, 1993: 4). Tanda merupakan representasi material objek yang dirujuk, tanda bersifat kasat mata, yaitu ia bisa berupa benda, kejadian, tulisan, bahasa, peristiwa, dan sebagainya. Lambang adalah suatu tanda yang telah 'dimuati' dengan makna tertentu yang biasanya bersifat kultural, situasional, dan kondisional (Santosa, 1993: 4-5). Isyarat merapakan tempat terjadinya pertukaran informasi antara subjek dan objek untuk melakukan suatu Hndakan dalam waktu itu juya.

6