Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/65

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

RODA REVOLUSI.


PRESIDEN Sukarno menjatakan: „Tidak ada satu revolusi dapat mengatasi segenap rintangan-rintangannja dan kesulitan-kesulitannja, bilamana revolusi itu semangatnja tidak berkobar-kobar dan menjala-njala”.

Bung Hatta menulis: „Pimpinan dalam revolusi tidak dapat dituntut, melainkan diperoleh atas kepertjajaan rakjat kepada pemimpinnja. Pilihan rakjat mungkin salah, tetapi selama rakjat pertjaja pada pemimpinnja, selama itu revolusi didjundjungnja.

Hanja kepertjajaan rakjat akan kemenanganlah jang membawa kemenangan bagi revolusi”.

Sutan Sjahrir mengemukakan: „Revolusi kita ini jang keluar berupa revolusi nasional, djika dipandang dari dalam berupa revolusi kerakjatan. Meskipun kita telah berpuluh tahun berada didalam lalu lintas dunia modern, meskipun masjarakat negeri kita telah sangat dirobah dan dipengaruh olehnja akan tetapi diseluruh kehidupan rakjat kita, terutama didesa, alam penghidupan serta pikiran orang masih feodal. Pendjadjahan Belanda berpegang pada segala sisa-sisa feodalisme itu untuk menahan kemadjuan sedjarah bangsa kita. Begitu umpamanja pangreh pradja ta’ lain dari pada alat jang dibuat oleh pendjadjah Belanda dari warisan feodal masjarakat kita. Berupa-rupa aturan jang dilakukan atas rakjat kita didesa ta’ lain dari pada landjutan jang lebih teratur dari pada kebiasaan feodal, demikian penghargaan jang begitu rendah terhadap diri orang desa, jang masih dipandang setengah budak belian, bukan sadja dimata kaum ningrat kita, akan tetapi djuga didalam pandangan kaum pendjadjah Belanda”.

Mr. Mohammad Roem memberi kesimpulannja: „Rupanja revolusi itu tidak berlangsung hanja menurut usaha dan rentjana manusia, tapi ada pula sifat-sifat dalam hukum revolusi, jang merupakan hukum alam, jang ketjerdasan manusia hanja dapat menerima akibat-akibatnja”.

Gubernur Sumatera Mr. Teuku Mohammad Hassan pada 17 Agustus 1946 menjatakan: „Di Sumatera Timur dan Atjeh, Nica berhubungan dengan beberapa radja-radja atau pembantu-pembantunja dalam hal ini menimbulkan kemarahan hati rakjat jang terus mengambil tindakan terhadap bangsanja jang berchianat itu sampai menimbulkan revolusi sosial jang menjebabkan orang-orang jang tidak bersalah turut mendjadi korban”.

Mulai pada bulan Agustus 1945 Uleebalang-Uleebalang di Atjeh sudah mengadakan panitia-panitia buat menjambut kedatangan Belanda setjara besar-besaran. Mereka telah menjatakan dengan terang-terangan

63