Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/597

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

djagung kebanjakan dipergunakan untuk makanan pendjelang d'waktu tjukup makanan dan sebagai tjampuran beras dimasa petjeklik.

 Luas tanaman muda di Sumatera Timur selama panen tahun 1951 adalah 32.165 ha. Djenis tanaman muda jang diusahakan ialah djagung, ubi kaju, ubi djalar, katjang tanah, katjang kedelai, katjang hidjau dll.

 Dalam usaha memperbesar minat penduduk terhadap penanaman polowidjo ini, telah diadakan perlombaan-perlombaan setempat sebagai pertjobaan dikabupaten Asahan dan Simelungun dan ternjata mendapat perhatian dari para petani, walaupun hadiah-hadiah jang diadakan hanja berupakan hadiah ketjil, seperti tjangkol dan pupuk, jang rasanja patut djadi perhatian untuk masa jang akan datang.

 Di Tapanuli keadaan tanaman muda tjukup baik. Luas panen dalam tahun 1951 adalah 30.087 ha, terdiri atas djagung, ubi kaju, ubi djalar, katjang tanah dan katjang hidjau. Penghasilan ubi kaju di Tapanuli rendah sekali, sebab didaratan Tapanuli ubi kaju ini hampir semuanja ditanami ditanah jang kurus dan tidak baik dipergunakan untuk tanaman lain, berlain sedikit dikabupaten Nias. Penanaman tanaman muda masih kurang mendapat perhatian penduduk daerah ini bila dibandingkan dengan Sumatera Timur.

V. KEADAAN MAKANAN.

 Menurut angka-angka jang diperoleh ternjata hanja daerah Atjehlah jang sanggup menghasilkan lebih dari kebutuhannja sendiri, malah dapat mengeluarkan kelebihan kedaerah lain (S. Timur dan Tapanuli), Akan tetapi untuk menutupi kekurangan di Sumatera Timur dan Tapanuli hasil Atjeh masih belum mentjukupi. Daerah Sumatera Timur adalah daerah jang terbanjak kekurangan beras. Hal ini disebabkan oleh politik Pemerintah asing dizaman djadjahan mengenai tanah-tanah pertanian dan politik berasnja. Tanah-tanah jang baik untuk pertanian hampir seluruhnja dikuasai oleh pihak perkebunan asing, dan untuk penduduk hanja tinggal sedikit tanah sekeliling perkampungan jang hampir tidak berarti, jaitu tanah-tanah jang memang sukar didjadikan sawah (pegunungan dan rawa-rawa). Kepada petani-petani tidak terluang kesempatan untuk memperkembang kegiatannja dalam hal pertanian. Untuk melindungi kepentingan perkebunan-perkebunan jang banjak di Sumatera Timur, tidak diusahakan penanaman padi. Seperti dikatakan beras diimport dari luar negeri dan sebahagian didatangkan dari Djawa. Akibat dari politik ini masih terasa sampai sekarang, terbukti dengan perbandingan luas sawah dengan ladang ditiga daerah-daerah di Sumatera Utara sangat sekali berbeda.

 Kesukaran beras di Atjeh Barat dan Selatan sebagai akibat dari penjakit tjatjar dan tingginja harga minjak nilam jang banjak menggoda para petani, telah mendjadikan harga padi membubung sampai Rp. 4.50 'se-kg jaitu harga jang tertinggi di Sumatera Utara selama tahun 1951. Dengan dimulainja panen padi pada achir bulan Desember 1951, maka keadaan jang genting tersebut dapat ditolong dan harga beraspun turun kembali.

575