Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/590

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Sekalipun keadaan ini telah berkurang, tetapi pengalaman menundjukkan bahwa kesan-kesan jang tersebut, belum hilang sama sekali dan keketjewaan masih banjak kedapatan pada masjarakat tani, sehingga kemauan bekerdja berkurang, maka timbullah rasa enggan pada banjak kaum tani untuk meneruskan perusahaan pertaniannja, lalu pergi kelapangan lain: perniagaan dan memburuh. Terlebih-lebih mengingat penghasilan jang lebih lumajan diperoleh mereka dilapangan perburuhan dan perniagaan, ditambah lagi dengan tiadanja persediaan bahan makanan jang tjukup, maka tidaklah heran djika sering kedjadian petani-petani meninggalkan lapangan pertanian ataupun mengerdjakan pertanian sebagai pekerdjaan sambilan sadja, sehingga hasilnja merosot.

Selandjutnja faktor hak tanah merupakan satu hambatan djuga bagi kemadjuan pertanian sebagaimana telah kedjadian dalam tahun-tahun jang telah liwat. Dengan tiada kepastian didalam soal pembagian dan hak tanah-tanah pertanian, umumnja petani-petani berada didalam kebimbangan dan ketjemasan tentang perusahaan pertaniannja.

Dengan adanja penerangan-penerangan (provocatie-provocatie) jang tidak tepat dari fihak jang tidak mengetahui, banjak petani-petani dari beberapa tempat di Tapanuli mendjual tanah-tanah persawahannja dan pergi ke Sumatera Timur dengan harapan akan dapat memperoleh tanah-tanah jang subur.

Banjak diantara mereka ini jang sesampainja ditempat jang baru, tidak dapat meneruskan usahanja bertani dan terpaksa pergi kelapangan lain.

Faktor perhubungan dan pengangkutanpun turut memegang peranan didalam kegiatan mempertinggi hasil-hasil pertanian. Dengan buruknja pengangkutan, maka biaja-biaja untuk penjaluran hasil-hasil kepada pihak pemakai mendjadi tinggi, sehingga harganja tidak sebanding dengan ongkos-ongkos, menjebabkan kemauan menanam mendjadi turun. Demikian djuga hasil-hasil jang ada tidak dapat dibagi-bagikan ketempat lain.

Hal ini dapat njata sekali terasa didaerah beras Kotatjane dan daerah sajur-majur dan beras di Takengon.

Kesehatan rakjat jang djauh dari memuaskanpun turut memegang peranan, sebab njatalah, bahwa rakjat jang penjakitan tidak akan dapat mentjapai prestasi jang tinggi didalam pekerdjaannja. Hal ini dapat djelas terasa dimasa lampau waktu berdjangkitnja wabah tjatjar di Atjeh Barat, sehingga banjak sawah-sawah jang terbengkalai, dengan akibatnja kekurangan hasil. Dengan memperbaiki kesehatan rakjat penghasil ini, dapatlah hasil usaha mereka meningkat.

Perdagangan hasil bumi jang berada ditangan kaum modal jang terdiri dari pihak asing. jang menekankan harga dengan sekehendak hatinja dimasa petani-petani didalam kesulitan-kesulitan (waktu patjeklik) menimbulkan keadaan jang sangat sulit diatasi oleh petani-petani (ngidjon sisteem), sehingga keadaan ekonomi mereka tetap tertekan, tetapi dalam hal ini telah diadakan pengawasan.

568