Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/583

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Sebelum perang dunia kedua, umumnja pengusaha-pengusaha karet rakjat di Sumatera Utara memperbuat slabs (getah bantal) sadja. Hanja didaerah Tapanuli agak terketjuali , dimana telah banjak djuga pengusaha-pengusaha karet rakjat memperbuat city crepe, jang langsung dapat diexport keluar negeri.

Baik pembuatan city crepe ini, maupun perusahaan karet rakjat pada umumnja, terhenti semasa perang dunia kedua. Hampir seluruh alat-alat produksi karet rakjat itu tidak dipelihara oleh para pemiliknja, sehingga sesudah peperangan berachir, perusahaan produksi karet rakjat pada umumnja, pembuatan city crepe pada chususnja, tak dapat dilandjutkan.

Dimasa jang demikian, penjelesaian pembikinan slabs mendjadi blanket terdjadi buat sebagian besar di Singapura. Ongkos-ongkos penjelesaian pembikinan slabs ini dan pendapatan atas hasil terachir (blanket) djatuh ketangan orang lain diluar negeri, begitu djuga keuntungan dalam melakukan pembelian-pengumpulan-adalah djatuh ketangan agen-agen diluar negeri, sedang pengusaha-pengusaha slabs (pembikin-pembikin bahan) jang tidak urung mengeluarkan biaja dan tenaga, hanja menerima pembajaran jang rendah sekali.

Akan tetapi sedjak tahun 1949 dapat dimulai perbaikan-perbaikan pada penghasilan karet rakjat tersebut.

Di Sumatera Timur telah dimulai usaha-usaha kedjurusan perbaikan mutu karet rakjat dan hasilnja sampai saat ini adalah memuaskan.

Didaerah Tapanuli, dalam tahun 1950, masih dihasilkan karet jang bermutu rendah sadja, seperti slabs, getah selendang dan lain-lain. Akan tetapi dalam tahun berikutnja (1951) kelihatan perubahan jang besar, dimana rakjat memperbuat smoked sheet dan sheet angin.

Rumah-rumah asap banjak didirikan oleh rakjat dan tempat-tempat pengolahan latex mendjadi unsmoked sheet dengan lekas bertambah banjak. Pemakaian alat-alat baru, seperti gilingan, bak pembeku, saringan sudah djauh bertambah banjak dan perkembangannja sampai saat ini adalah memuaskan.

Djuga didaerah Atjeh orang tidak ketinggalan, sungguhpun perubahan itu lebih lambat datangnja.

Sebelum tahun 1952, hampir-hampir tiada rakjat jang memperbuat smoked sheet ataupun unsmoked sheet. Maka dalam tahun 1952, perobahan-perobahan nampaknja sangat besar, perkembangan kedjurusan memperbuat sheet sangat baik adanja . Ini dirasakan benar di Atjeh Timur dan Atjeh Utara. Dimana rakjat tadinja hanja memperbuat slabs dan lain-lain jang bermutu rendah, maka sekarang sudah dapat memperbuat smoked sheet jang bermutu II dan III, bahkan ada djuga sedikit Jang bermutu I.

Dipasaran Medan, smoked sheet Atjeh malah mendapat penghargaan jang lebih baik dari jang dihasilkan oleh Tapanuli maupun Sumatera Timur.

Demikianlah perkembangan jang tertjapai dalam tahun 1952, dan djika dibandingkan ber-turut-turut dengan tahun-tahun sebelum itu, jaitu

36

561