Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/539

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

zaman R.İ.S. dinamakan Radio Nasional Indonesia dan setelah Negara Kesatuan datang, kembali pulalah terdengar : Inilah Radio Republik Indonesia.....................

АТЈЕН.

Atas kerdjasama dan persatuan jang erat antara pemuda- pemuda dari Balai Penerangan jang dewasa itu berada dibawah pengawasan Barisan Pemuda Indonesia dan jang berusaha mengumpulkan bahan-bahan alat penjiaran peninggalan Djepang, maka pemantjar Kutaradja untuk pertama kali mulai memantjar pada 11 Mei 1946 djam 18.30 WSU jang bergelombang 78 meter.

Dalam pada itu , pemuda- pemuda dan pegawai Radio Kutaradja masih merasa kurang puas dengan zender tersebut, karena kekuatannja tidak memuaskan dan terus berusaha mentjari dan membeli alat-alat dan perkakas jang dibutuhkan, sehingga pada 15 Pebruari 1947 telah dapat disiapkan pemantjar baru jang kekuatannja 40 watt bergelombang 65 meter.

Oleh karena pemantjar baru tersebut tidak kuat djuga, maka pegawai Djawatan Radio berusaha lagi membeli perkakas-perkakas dan alat-alat peninggalan Djepang di Blang Bintang dan ditempat-tempat lain sehingga pada 9 April 1948 djam 18.45 WSU berkumandang dudara pemantjar 325 watt dan bergelombang 33,5 meter.

Mengenai pemantjar ini oleh Radio Kutaradja jang dewasa itu dibawah pengawasan Djawatan penerangan Daerah Atjeh pada 7 Mei 1948 diterima sebuah telegram dari Djawatan Penerangan Bukit Tinggi no. 683/548 tertanggal 5 Mei 1948 jang isinja : Penerimaan gelombang 33 meter di Bukit Tinggi Qsa 2-3.

Pada tanggal 8 Mei 1948 diterima lagi sebuah telegram dari Sumatera Selatan (Tjurup ) no. 5002 tertanggal 28 April 1948 jang menjatakan bahwa penerimaan di Sumatera Selatan dan sekitarnja Qsa 3 dan di Djokjakarta Qsa 2.

Pada waktu agressi militer Belanda kedua , pemantjar Kutaradja mendjadi suatu pemantjar jang senantiasa memantjarkan siarannja kepelosok tanah air.

Disamping pemantjar tersebut, oleh pihak Tentera di Rimbaraja dibangunkan pula pemantjar untuk menghadapi siaran provokasi Belanda dan menggembleng semangat perdjuangan rakjat. Pemantjar tersebut bernama S.R.R.I. (Siaran Radio Republik Indonesia) dan bekerdja dibawah Penerangan Tentera Divisi X dengan siarannja dalam bahasa Indonesia, Inggeris, Hindustani, Urdhu, Tionghoa dan Arab.

Kedua pemantjar Radio itu didaerah Atjeh mendjalankan peranannja untuk menghadapi siasat musuh dan membangun kepertjajaan umum.

517