Halaman:Propinsi Sumatera Utara.pdf/49

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

Perbuatan-perbuatan tentera Inggeris/India seterusnja menimbulkan kegusaran rakjat jang mengakibatkan pertempuran-pertempuran tembak menembak jang sengit.

Demikianlah achirnja, keliling kota Medan merupakan medan pertempuran, jaitu terkenal Medan Timur, Medan Selatan, Medan Barat dan Medan Utara.

Dari luar kota Medan, dari Atjeh dan dari Tapanuli mengalir bantuan tenaga dan perbekalan untuk menegakkan pertahanan pembalasan kemerdekaan tanah air di Medan Area.

Apa jang telah diderita oleh rakjat biasa berhubung dengan segala peristiwa-peristiwa itu, selama Inggeris berada di Medan, ketjuali kerugian langsung oleh sebab akibat pertempuran, diantaranja djuga:

Anak-anak dan isteri orang jang diperkosa oleh serdadu-serdadu mereka, tidak dilandjutkan pemeriksaan, biarpun ada pengaduan.

Orang jang mengadu harus mendjadi polisi sendiri untuk membuktikan orang-orang jang bersalah.

Penjerobotan serdadu-serdadu India dan Inggeris atas harta-harta seperti mas dan uang djuga tidak dilandjutkan pemeriksaannja, karena rakjat penuh diliputi oleh ketakutan dan tidak dapat membuktikannja.

Achirnja pendinamitan mesdjid di Djalan Serdang Medan, sehingga rata dengan bumi, dengan tidak ada perkara apa-apa.

Medan terbagi dalam dua daerah kekuasaan, jaitu sektor Barat jang dikuasai oleh Inggeris dan sektor Timur adalah daerah kekuasaan Republik. Sebagai garis permisah dinjatakan djalan kereta api dari Pulu Brajan ke Medan.


TERROR.


Seorang pudjangga pernah menjatakan bahwa hukum zonder kekuasaan berarti kekatjauan, dan kekuasaan zonder hukum berarti penindasan.

Njata bahwa Belanda hendak mentjoba mengembalikan pendjadjahannja atas kemerdekaan bangsa Indonesia dengan kekerasan, tipumuslihat dan petjah belah. Njata bahwa Tentera Inggeris jang mewakili Serikat tidak bersikap sama tengah terhadap kemerdekaan bangsa Indonesia. Njata bahwa Djepang jang sudah kalah itu dipulihkan kembali kekuasaannja untuk mendjaga keamanan dan mendjalankan pemerintahan. Njata bahwa kehidupan bangsa Indonesia hendak diserahkan kembali kepada penindasan sifat angkara fascisme dan militerisme Djepang.

Mereka tidak mau mengerti, bahwa apa jang telah terdjadi itu tidak lain dari hal jang menurut peraturan dan hukum alam. Mereka hendak memutar kembali roda sedjarah dinegeri kita ini dengan kekerasan, dengan paksaan, dengan antjaman serta segala alat dan tjara penindasan.

47