Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/87

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi
POLA-POLA KEBUDAJAAN

tari²an ini, adalah mendjadi kebiasaan untuk melakukan tari²an ini tiap² hari Minggu. Djuga terdapat orang² tua, jang djelas bersifat Dionysis. Suku² di Méksiko-Utara menari diatas altar, dengan mulutnja mengeluarkan busa. Tari²an kaum Sjaman di Kalifornia mewadjibkan kepada penari²nja untuk djatuh-ajan. Kaum Maidu suka mengadakan perlombaan² antara sjaman², dimana dialah menang, jang berhasil mendjatuhkan lawannja, jang berarti bahwa ja bisa bertahan melawan tenaga hypnotis tari²an itu. Di Pantai Barat-Laut seluruh upatjara musim dingin dianggap sebagai tjara untuk mendjinakkan orang laki² jang kembali dalam keadaan amok dan kerandjingan setan. Novit² memainkan peranannja dengan semangat-amok jang diharapkan daripadanja. Meréka menari seperti menarinja sjaman dari Siberia, diikat dengan empat utas tali, jang disangkutkan dikeempat arah, sehingga bisa ditjegah bahwa meréka akan melukai dirinja sendiri atau orang lain.

Hal² jang demikian ini tidak terdapat pada tari²an Zuni. Tari²an meréka, seperti halnja dengan puisi rituil meréka, adalah tjara untuk menguasai tenaga²-alam dengan djalan meng-ulang² tidak ber-henti²nja. Dengan men-djedjak²kan kaki terus-menerus tiada bosan²nja, meréka menghimpunkan kabut dilangit dan me-numpuk²nja mendjadi awan²-hudjan tebal. Hudjan dengan demikian ditarik sekuatnja kebumi. Meréka samasekali tak menjukai pengalaman² ékstase, akan tetapi hendak meniru alam se-mirip²nja, sehingga tenaga² alam itu bisa dipergunakan untuk mentjapai tudjuan²nja. Maksud inilah jang mengilhami bentuk dan isi tari²an Pueblo. Tari²an itu samasekali tak mengandung sifat² keliaran. Jang membuat tarian mendjadi suatu pertundjukan jang bagus sekali ialah kekuatan irama jang semangkin lama semangkin memuntjak, gerak laksana dari satu orang jang dilakukan oléh kelompok-tari jang terdiri dari empatpuluh orang.

Tidak ada orang jang bisa melukiskan lebih baik tari²an Pueblo ini seperti D.H. Laurence. „Semua orang laki² menjanji ber-sama² sambil bergerak dengan langkah²-burung halus namun berat. Inilah keseluruhan taritan itu: sedikit membungkuk ,bahu dan kepala lemas dan berat, men-djedjak²an kakinja dengan kuatnja namun pelahan² jang merupakan irama menggema sampai dipusat bumi. Genderang² terus-menerus dipukul bagaikan djantung jang ber-denjut². Demikianlah berlangsung ber-djam² lamanja”. Kadang² sambil menari meréka berusaha supaja tunas gandum keluar dari dalam tanah. Atau meréka mémanggil binatang² liar dengan suara kaki²nja jang di-djedjak²kan diatas bumi, meréka mengendalikan awan² cumulus, jang pe-lahan² berhimpun dilangit pada suatu siang-hari digurun. Kenjataannja, bahwa awan itu muntjul, lepas dari turun-tidaknja hudjan, dianggap sebagai pemberian rahmat oléh mahluk² adikodrati kepada tari²an ,suatu tanda