Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/79

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

80

POLA-POLA KEBUDAJAAN

Ular Air, maka ia mempunjai kekuasaan adikodrati dan ia mengorbankan djiwa² anak-isterinja untuk membajar hak untuk mendjadi ahlisihir. Siapa jang menghendaki supaja seluruh tenaga²nja bertambah atau mendapat sukses dalam usaha² jang tertentu, maka ia mentjoba mendapat visiun² itu ber-ulang². Visiun² ini mesti ada untuk melakukan perang dan melaksanakan penjembuhan dan bagi hal² lainnja: memberi nama keapada sapi dan anak², waktu berkabung membalas dendam dan menemukan kembali benda² jang hilang.


Djikalau visiun datang, ini bisa berupa hallukinasi jang tampak atau jang terdengar, akan tetapi inipun tak merupakan sjarat mutlak. Tjerita² mengisahkan muntjulnja seékor binatang. Pertama kaii biasanja ia muntjul dalam bentuk manusia, berbitjara dengan sipemohon dan memberinja suatu lagu atau mantra untuk salah sesuatu perbuatan adikodrati. Waktu mau pergi ia berobah mendjadi binatang, sehingga sipemohon mengetahui binatang apa jang memberin jarahmat itu, dan kulit apa, tulang² atau bulu apa jang harus disimpannja seumur hidupnja sebagai tanda²-peringatan akan pengalamannja. Tanda²-peringatan ini menpunjai bentuk bungkusan-obat. Akan tetapi ada pengalaman² jang sifatnja kebetulan. Pada beberapa suku orang chususnja memberi arti penting kepada perasaan² mesra jang dialami dalam alam, misalnja djikalau orang sendirian berdiri ditepi suatu sungai atau ketika mengikuti bekas djedjak binatang, se-konjong² merasa suatu arti jang seolah² memaksa dalam keadaan jang umumnja biasa.


Kekuasaan adikodrati itupun bisa mengundjunginja dalam mimpi. Beberapa tjerita tentang visiun² tak usah diragukan lagi adalah lukisan² dalam mimpi, jang datang selama orangnja tidur atau datang dalam keadaan normal. Ada pula suku² jang lebih menghargai mimpi² selama tidur daripada pengalaman² jang manapun djuga. Lewis dan Clark mengeluh, bahwa ketika dahulu mendjeladjah padangrumput Barat ia tak bisa tidur, njenjak. Selalu ada seorang laki² tua, jang bangun dan memukul genderangnja dan setjara chidmat mengulangi mimpi jang baru sadja dialaminja. Ini merupakan sumber kekuasaan jang berharga.


Kriterium, apakah pengalaman ini memberi kesaktian atau tidak, tergantung se-mata² dari pendapat individuil. Djuga diakui bahwa kriterium ini sifatnja subjéktif, betapapun konstkwénsi²nja itu dikendalikan oléh peraturan² sosial. Ada pengalaman² jang mendatangian kesaktian, ada jang tidak, arti jang diberikan kepadanja tergantung kepada sifat kedahsjatan visiun itu, ketika menampakkan dirinja. Djika pengalaman itu tak mengakibatkan perasaan dahsjat, maka ia tiada harganja, meski pun didapatkan melalui penjiksaan diri; dalam hal ini, merékapun tak berani minta supaja mendapat kesaktian, karena binatang pelindungnja akan mendatangkan maut dan malu kepada meréka.