Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/53

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

54

POLA-POLA KEBUDAJAAN

pengetahuan sematjam itu tak bisa diperoleh dengan mengadakan „Pemeriksaan-majat” dan merekenstruksinja berdasarkan bahan² pemeriksaan sematjam itu.

Malinowski ber-ulang² menundjukkan perlunja penjelidikan² kebudajaan setjara fungsionil. Ja mengetjam penjelidikan? tradisionil jang sifatnja ter-pentjar² sambil menjamakan penjelidikan sematjam itu dengan pemeriksaan majat terhadap organisme², jang lebih baik diselidiki dalam keadaan hidup sewaktunja sedang mendjalankan fungsi²nja. Salah satu penjelidikan jang setjara besar²-an jang terbaik dan terkemuka tentang suatu bangsa primitif, jang telah memungkinkan tertjiptanja étnologi moderen, ialah laporan luas Malinowski mengenai penduduk kepulauan Trobriand di Melangsia. Akan tetapi Malinowski dalam tindjauan²-étnologinja sudah puas dengan pernjataannja jang menegaskan bahwa tjiri² berfungsi selaku bagian dari suatu kebudajaan jang hidup. Kemudian ia menjimpulkan bahwa tjiri² penduduk Trobriand—seperti dalam hal pentingnja memenuhi kewadjiban terhadap satu sama lain, watak setempat daripada magi dan sifat chusus hidup berumah tangga — berlaku untuk semua dunia primitif, dan tidak hanja mengakui struktur kebudajaan-Trobriand sebagai salah satu dari banjak type² jang ada, jang masing² mempunjai susunan²nja tersendiri jang chas dilapangan ékonomi, agama dan kebudajaan.

Akan tetapi penjelidikan kelakuan kebudajaan tak lagi bisa didasarkan kepada pendapat bahwa bentuk²kebudajaan setempat tertentu identik dengan primitif aseli. Para ahli-anthropologi sekarang berpaling dari penjelidikan suatu kebudajaan dan mengalihkan penjelidikannja kepada berbagai kebudajaan primitif dan akibat² peralihan dari jang tunggal ke jang djamak ini baru sekarang terasa pengaruhnja.

Ilmu pengetahuan moderen, dihampir segala lapangan, menegaskan akan maha pentingnja penjelidikan struktur keseluruhan — lawan pengupasan jang terus-menerus daripada bagian²nja. Wilhelm Stern telah membuat hal ini sebagai dasar karja filsafat dan psikologinja. Ditegaskannja bahwa keseluruhan jang tak terbagi² dan pribadilah jang harus didjadikan titikbertolak. Ia melantjarkan ketjaman² terhadap penjalidikan² atomistis, jang hampir menguasai samasekali psikologi introspetif dan psikologi tksperimentil, dan untuk gantinja ia mengadakan penjelidikan terhadap struktur peribadi. Seluruh aliran atau peladjaran struktur ini mentjurahkan karjanja dalam tjara jang sematjam meliputi perbagai lapangan. Worringer menundjukkan betapa besar tjara penindjauan dilapangan éstetika karena meétode ini. Sardjana ini membandingkan dua kesenian jang sudah mentjapai puntjak²nja jang berasal dari dua zaman, Junani dan Byzantin. Kritikseni dahulu, katanja, jang merumuskan kesenian setjara absolut, dan mewudjudkan-