Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/216

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

VIII

INDIVIDU DAN POLA-POLA KEBUDAJAAN


Sekalipun demikian kelakuan2, kollektif, jang sampai sekarang kita bitjarakan adalah kelakuan2 individu2. Jaitu dunia dengan mana tiap2 orang masingz dihadapkan, dunia dimana ia harus mendjalankan hidup individuilnja. Apabila suatu peradaban jang tertentu diperbintjangkan setjara singkat dalam beberapa lusin halaman, maka terpaksa ukuran2 kelompok-dibitjarakan setjara luas, sedangkan kelakuan individuil hanja dibitjarakan selama ia memperdjelas tudjuan2 kebudajaan. Akan tetapi hal ini baru merupakan suatu penjesatan, apabila kita menjimpulkan bahwa individu mau-tak-mau akan tenggelam dalam lautan jang mahakuasa.


Sesungguhnja tiadalah antagonisme jang njata antara peranan masjarakat dan peranan individu. Salah satu paham2 jang menjesatkan dari individualisme abad kesembilanbelas ialah tjita, se-olah2 apa jang diambil dari masjarakat dengan sendirinja memperkaja individu, dan sebaliknja, apa jang diambil dari individu memperkaja masjarakat. Filsafat2 kemerdekaan, adjaran2 politik laisse faire dan revolusi2, jan9 telah menggulingkan dinasti2 adalah berdasarkan dualisme ini. Dalam teori anthropologi, pertikaian kepentingan struktur kebudajaan disatu pihak dan individu dilain pihak hanjalah merupakan kerut ketjil jang tersisa dari anggapan paharn asasi tentang sifat masjarakat.


Akan tetapi dalam kenjataannja individu dan masjarakat itu tidaklah bertentangan. Kebudajaan memberi bahan2 untuk membangun kehidupan individu. Djikalau bahan2 ini tandus, maka individu menderita oleh karenanja, apabila subur, maka tiap2 individu mempunjai kesempatan untuk mempergunakan kemungkinan2nja seluas2nja. Tiap2 kepentingan perseorangan setiap orang laki2 dan perempuan ikut beruntung dengan semangkin kajanja kekajaan2 tradisionil dari peradabannja. Bakat musik se-besar2nja hanja: bisa didjelmakan dengan bantuan perlengkapan dan dalam rangka ukuran tradisi-peradabannja jang berlaku. Bakat perseorangan mungkin bisa memperkaja tradisi ini, akan tetapi tjiptaan namun tergantung dari alat2 dan teori musik, jang telah dibentuk oleh kebudajaan itu. Demikian pula halnja di-pulau2 Melandsia beberapa suku bakat-penglihatannja hanja terbatas pada batas2 tak penting dari daerah sihir-keagamaan. Untuk mewudjudkan segala kemungkinan2nja, maka hal ini tergantung kepada perkembangan tjara2