Lompat ke isi

Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/208

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

SIFAT-TABIAT MASJARAKAT

209

kannja setjara lain. Demikian pula halnja dengan tjorak Apollonis peradaban Junani, jang paling tepat bisa diselidiki dalam lingkungannja sendiri diantara kebudajaan² bagian Timur Lautan Tengah. Kita harus selalu bertolak dari pengetahuan fakta² tentang hasil saling pengaruh mempengaruhi, djikalau kita hendak mentjapai pengertian jang agak tepat tentang prosés integrasi kebudajaan.

Dalam pada itu, pengakuan adanja gedjala integrasi kebudajaan memberi lukisan jang sama sekali lain dari sifat tjiri² jang tersebar. Biasanja kebanjakan penjelidikan² adat-istiadat perkawinan, upatjara² inisiasi, atau agama bertolak dari anggapan, bahwa segi² kehidupan sosial ini menggambarkan suatu kelompok kelakuan² tersendiri, jang masing² memperkembangkan djenis motif²nja sendiri. Westermarck menggambarkan perkawinan sebagai suatu situasi pemilihan séksuil dan biasanja keterangan² tjara² inisiasi menjatakan adanja hubungan dengan gangguan² jang terdjadi dimasa pubertét. Dengan tjara demikian beribu² variasi mendjadi hanja berupa satu rangkaian fakta² dan hanja berarti perobahan² jang terdjadi pada impuls atau keperluan jang tertentu, jang disebabkan oléh situasi jang asasi.

Akan tetapi hanja beberapa kebudajaan² sadja melaksanakan peristiwa² pentingnja dengan tjara jang sederhana. Peristiwa² inilah, seperti misalnja perkawinan, peristiwa² kematian atau permohonan² kepada mahluk² adikodrati, jang dipergunakan oléh masjarakat untuk mendjelmakan tudjuan²nja sendiri jang chas. Tidaklah dari situasi chusus itu sendiri maka motif² itu terdjadi, jang menguasai situasi demikian itu, sebaliknja motif² ini mentjerminkan watak umum kebudajaan. Bisa sadja terdjadi, bahwa perkawinan itu tidak ada hubungannja dengan pemilihan séksuil jang didapatkan dengan tjara² lain, akan tetapi mengumpulkan isteri mungkin merupakan bentuk jang lazim untuk mengumpulkan kekajaan. Adat-istiadat dilapangan ékonomi bisa demikian njéléwéngnja dari fungsi aslinja, jakni pemenuhan kebutuhan² hidup jang utama, sehingga seluruh pertanian ditudjukan untuk memupuk bahan-makanan jang berlipatganda dari djumlah jang dibutuhkan oléh rakjat dan bahkan dengan sengadja membiarkannja busuk untuk memenuhi rasa kebanggaan dan ketjongkakan. Berkabung, berdasarkan kepada kedjadiannja, adalah suatu perasaan duka-tjita atau perasaan lega dalam menderita kehilangan sesuatu. Kebetulan sekali bahwa djusteru dalam ketiga kebudajaan jang kita lukiskan itu, djenis réaksi terhadap keadaan berkabung seperti itu tidak ada. Barangkali jang agak mendekati hal ini ialah suku² Pueblo, karena dalam upatjara²nja kematian seorang kerabat dianggap sebagai salah satu peristiwa jang chidmat dimana tenaga² dalam masjarakat dikerahkan untuk menghilangkan rasa tidak énak. Meskipun dalam tata-tjara meréka dalam berkabung itu sedikit

Pola-pola — 14