Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/203

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

204

POLA-POLA KEBUDAJAAN


dalam masjarakat kita bisa berlaku sebagai ukuran2 jang tetap. Seorang pemimpin dibentuk mendjadi pemimpin oleh peranan jang' dilakukanja, dan dalam pada, itu ia djusteru memperkembangkan tjiri2-watak, jang diperlukan o1eh situasi dimana ia berada. Hasil2 daripada situasi ini semangkin memperdjelas, bahwa bahkan dalam bentuk masjarakat jang sudah tinggi, kelakuan2 sosial itu ,,tidaklah mungkin hasil diripada suatu mekanisme jang sudah tetap jang menentukan orang2 supaja melakukan suatu tjara berbuat jang tertintu, akan tetapi bahwasanja kelakuan2 ini disebabkan oleh berbagai tendensi, jang oleh masalah2 chusus jang menghadapi kita dibangkitkan dengan berbagai matjam tjara."


Kesimpulan ini bahkan mesti diambil, apabila ada peristiwa2 seperti jang terdjadi pada suku2 Zuni dan Kwaliud, jakni situasi2 jang meskipun dalam bentuk masjarakat itu djuga bersifat menentukan bagi kelakuan2 manusia, namun berkembang mendjadi kebudajaan2 jang sifatnja berlawanan satu sama lain, jang tudjuan2 dan motif2nja demikian diauh berbeda. Djikalau kita hendak memahami kelakuan manusia sebaik2nja, maka kita terutama sekali harus beladjar mengenal lembaga2 jang ada dalam masjarakat jang tertentu. sebab, kelakuan2 manusia ini akan mengambil bentuk jang ditetapkan oleh lembaga2 ini, bahkan demikian rupa sehingga penjelidik jang hanja diresapi setjara mendalam oleh kebudajaan masjarakat sendiri, tidak bisa memahaminja.


Penjelidik itu hanja bisa melihat bentuk2-kelakuan jang aneh itu dalam kebudajaan2 lain jang tidak dalam kebudajaannja sendiri. Meskipun demikian djelaslah, bahwa ini merupakan prasangka setempat dan bersifat sementara. Tidak ada alasan samasekali untuk beranggapan atau menjangka bahwa ada sesuatu kebudajaan jang mentjapai kesempurnaan untuk selama2nja dan akan berdiri dalam sedjarah sebagai satu2nja tjara pemetjahan jang tepat bagi masarah kemanusiaan. Bahkan generasi jang segera menggantikannja mengetahuinja lebih baik. Sikap ilmiah jang sebaik2nja ialah untuk sedapat mungkin memandang kebudajaan kita sendiri sebagai salah suatu kebudajaan diantara kebudajaan kita sendiri sebagai salah suatu kebudajaan diantara kebudajaan2 jang tak terbilang banjaknja.itu.


Po]a kebudajaan tiap2 peradaban mempergunakan segi tertentu daripada busur besar jang terdiri dari tudjuan2 dan motit2 potensiil manusia seperti jang kita lihat dalam bab jahg lalu, bahwa tiap kebudjaan memilih beberapa teknik-kebendaan jang tertentu atau tjiri kebudajaan. Busur besar jang terdiri dari bentuk2 kelakuan2 manusia jang mungkin adalah demikian luasnja, dan mengandung terlalu banjak pertentangan2. sehingga tak mungkin kebudajaan jang tertentu uniuk menggunakan bagian jang agak besar dari padanja, apalagi memper-