Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/191

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

192

POLA-POLA KEBUDAJAAN

sambil men-djedjak²an kakinja ditanah, terus-menerus berteriak : „Kamu budak besar.” Inilah hinaan jang paling besar.

Anggapan, bahwa mahluk² adikodrati bisa berhati baik, sama sekali asing bagi mereka. MerEka mengetahui, bahwa es longsor dan taufan bukanlah perbuatan² jang baik, dan mereka menganggap dewa² itu sama sadja dengan tenaga² alam itu. Salah suatu dewanja, Kanibal dari Udjung Utara Sungai, mengerdjakan seorang budak perempuan jang harus memberinja majat². Pendjaganja, Gagak, makan matanja dan seekor burung lain jang menakutkan, jang djuga budaknja, membuka tengkoraknja dengan mulutnja, dan dihisaplah otaknja. Mereka tak mengenal sifat maupun maksud² jang baik daripada mahluk² adikodrati. Tindakan pertama jang harus dilakukan oleh seorang pembuat kano ialah — setelah menghalusi kanonja — melukis gambar wadjah seorang laki² pada setiap sisinja untuk menakut²i pembuat² kano jang telah mati, sebab kalau tidak, mereka akan berusaha se-bisa²nja untuk membelah kano itu. Sikap ini tentu sadja djauh berbeda daripada hubungan jang baik dan jang mengandung persahabatan dan kegunaan jang dimiliki oleh padri²-Zuni terhadap padri² jang mendahului mereka. Di Pesisir Barat-Laut djusteru orang² jang telah mati itulah jang menghalang²i dan mengganggu rekan²nja jang masih hidup. Kita telah mengetahui, bahwa salah suatu tjara jang diakui untuk mendapat rahmat dari dewa², ialah dengan djalan membunuh dewa² itu. Ini mendatangkan kemenangan, dan dihadiahi dengan kekuasaan adikodrati.

Bidang kelakuan² manusia, jang menondjol di Pesisir Barat-Laut dalam adatkebiasaan² dan lembaga² dalam peradaban kita akan di-anggap sebagai sesuatu jang abnormal. Akan tetapi sikap itu tjukup dekatnja dengan sikap² dalam kebudajaan kita sendiri untuk dimengerti oleh kita, dan kitapun mempunjai kata² jang tepat untuk melukiskannja. Dalam masjarakat kita ketjondongan megalo-mamiac/paranoid jaitu perasaan dikedjar rasa besar ke-gila²an dianggap sebagai djiwa jang positip berbahaja. Akan tetapi orang bisa menghadapi dengan berbagai tjara. Dalam peradaban kita, kita kutuk sikap ini setjara tegas sebagai sesuatu jang abnormal. Sikap jang sangat berlainan lagi ialah pemetjahan soal ini dalam kebudajaan di Pesisir Barat-Laut, jang menganggap sifat ini sebagai tjiri hakiki manusia ideal.