Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/190

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

PESISIR BARAT-LAUT AMERIKA

191

Perasaan terhina dari kepala suku tua itu tak disebabkan oleh karena eratnja tali-kekeluargaan jang ada antara saudara-laki² tertua dan isterinja. Perkawinan² sematjam itu, jakni dengan anak-perempuan adik laki, apabila dia ini ada sedikit² kebangsawanannja, dibenarkan oleh tradisi, dan bahkan dikalangan beberapa keluarga sangat populer. Aristokrasi dan hak istimewa bagi saudara tertua adalah terdjalin demikian eratnja di Pesisir Barat-Laut, sehingga tak ada apa jang dinama-kan „kebanggaan karena turunan tinggi” seperti jang diasosiasikan dengan aristokrasi dikalangan kita.

Ber-sungut² dan bunuh diri di Pesisir Barat-Laut adalah suatu akibat jang wadjar dari tjara berpikir jang berlaku disana. Tangga-nada perasaan emosi jang diakui, jakni antara penghinaan dan kemenangan, diperkuatnja se-hebat²nja, Perasaan menang mengambil bentuk penjerahan diri tiada batasnja kepada fantasi jang bukan² tentang kebesaran diri sendiri, sedangkan perasaan terhina bisa mengakibatkan kematian. Dengan hanja mengakui tangga-nada ini, maka perasaan² ini muntjul di-mana² sadja, meskipun sering nampak bukan pada tempatnja.

Segala penghargaan masjarakat bisa didapat oleh orang² jang bisa menghadapi hidup ini dengan sjarat² itu. Tiap kedjadian, baik perbuatan orang² pengikutnja maupun ketjelakaan² jang disebabkan oleh kebendaan sekitarnja, terutama dianggap sebagai suatu antjaman keaman-annja sendiri, dan tjara² jang tertentu dan sangat chusus diberikan untuk menjembuhkan kembali perasaan perseorangan jang baru mendapat ketjelakaan itu. Apabila ia oleh karena sesuatu hal tak bisa mempergunakan tjara² ini maka baginja tak ada dijalan selainnja mati. Segala hidup untuk melukiskan gambaran jang se-hebat²nja tentang dirinja sendiri: apabila anggapan kepada dirinja sendiri itu petjah, maka untuk hidupnja itu tak ada pegangan lain dan terdjadilah keruntuhan samasekali dari peribadi jang dibesarkan itu tadi.

Motif² inipun berlaku pada perhubungan² antara mereka. Untuk mempertahankan kedudukannja sendiri, maka orang lain dihina dan ditertawakan. Disini diusahakan untuk merendahkan deradjat orang lain itu dengan mempertinggi prestasinja sendiri, untuk dengan demikian merusak nama² orang² lain itu. Malahan orang² Kwakiutl menggunakan tjara ini djuga terhadap dewa². Penghinaan jang paling hebat jang bisa dilontarkan kepada seseorang ialah dengan menamakannja „budak”, djuga hinaan ini ditudjukan kepada dewa², apabila doa²nja untuk mendapatkan tjuatja jang baik atau perubahan angin tak terkabul. Seorang musjafir menulis tentang orang² Tsimasjian, sebagai berikut: „Apabila bentjana² itu mendjadi lama, atau mendjadi lebih hebat, maka mereka marah sekali kepada Tuhan dan menjatakan kemarahannja ini dengan mengadahkan mata dan tangannja kelangit, dan