Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/188

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

PESISIR BARAT-LAUT AMERIKA

189

kemudian Tlabid siap2 untuk pergi kesuatu pulau diluar désa mentjari kerang. Seluruh suku menentang maksudnja itu, jakni bahwa ia hendak mentjari kerang, akan tetapi Tlabid tertawa sadja, Ia membawa mantél dan dajungnja, dan kemudian keluarlah ia dari dalam rumahnja. Ia marah dan oléh karena itu tak ada orang jang berani berbitjara. Ia menurunkan kanonja diair dan ketika djalannja sudah lantjar, maka anak-laki2nja jang masih ketjil menjertai dia, duduk dihaluan. Tlabid mendajung kanonja, menudju kepulau ketjil, dimana terdapat banjak kerang. Ketika ia sudah berada dipertengahan djalan, kelihatanlah tiga kano beras, penuh orang, dan segera setelah Tlabid melihatnja, maka kanonja diarahkan ketiga kano itu. Sekarang ia tak mendajung lagi, dan dua kano mendekati dia dari arah daratan dan jang satu dari arah laut: haluan2 kano2 itu meurpakan satu garis. Ketiga kano itu tak berhenti, maka kemudian meréka melihat tubuh Tlabid tanpa kepala. Pradjurit2 itu mendajung kano2nja meninggalkan tempat itu, dan setelah meréka tak kelihatan lagi, suku itupun menurunkan satu kano ketjil dan meréka berangkat untuk mendjemput kano jang didalamnja terdapat majat Tlabid. Anak Tlabid samasekali tak menangis, sebab „djantungnja berhenti berdenjut karena apa jang dilihatnja dari perbuatan2 jang dilakukan terhadap ajahnja”. Ketika meréka sampai dipesisir, meréka makamkan pemimpin tertingginja jang mulia itu.

Pemilihan orang, jang kematiannja harus menghapuskan kematian orang lain, didasarkan atas satu pertimbangan: deradjatnja harus samadengan deradjat orang jang mati. Kematian seorang „biasa” menghapuskan kematian orang „biasa” pula, kematian seorang pangeran menghapuskan kematian seorang puteri. Djikalau orang jang ditinggalkan mati, membunuh orang jang sama deradjatnja dengan jang mati, maka kedudukannja dipertahankan meskipun ia baru mendapat kemalangan.

Réaksi orang2 Kwakiutl jang chas dalam menghadapi kemalangan ialah ber-sungut2 dan melakukan perbuatan2 putus-asa. Djikalau seorang anak laki2 dipukul oléh ajahnja, atau djika ada orang jang anaknja mati, maka ia menjendiri ditempat-tidurnja, tak makan dan tak berbitjara. Djikalau ia memutuskan bagaimana ia menolong kewibawaannja jang terantjam, maka ia berdiri dan mem-bagi2 kekajaannja atau pergi memenggal kepala atau membunuh diri. Salah suatu mythos jang sangat meluas dikalangan orang2 Kwakiutl ialah tentang seorang pemuda jang dimaki oleh ajah atau ibunja dan jang setelah empat hari lamanja ber-tidur2an ditempat-tidurnja dengan tak bergerak2, ia masuk hutan, bermaksud untuk membunuh diri. Ia terdjun dalam air-tedjun dan dari tebing2 monondjol jang tinggi atau mentjoba menenggelamkan dirinja dalam danau2, akan tetapi selalu ditolong oléh mach-