Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/187

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

188

POLA-POLA KEBUDAJAAN

suatu penjakit atau karena dibunuh oléh seorang musuhnja. Pemenggalan kepala ini dinamakan : „membunuh untuk menghapuskan airmata” dan adalah suatu alat untuk mengembalikan keseimbangan dengan mendatangkan keadaan berkabung dirumahtangga orang lain. Djikalau anak laki2 seorang pemimpin tertinggi mati, berangkatlah pemimpin tertinggi itu dalam kanonja. Ia diterima dalam rumah seorang pemimpin tertinggi lain, jang setelah memberi salam menurut adatistiadat berkata : „Anak laki2 saja hari ini meninggal dunia, dan anda harus ikut serta dengan dia.” Maka dibunuhnjalah dia. Menurut anggapan meréka, ia berbuat baik dengan membunuh itu, karena dengan begitu ia membuktikan bahwa ia tak mau mengalah akan tetapi memukul kembali. Semua kedjadian ini kosong tiada sifat gila-hormat jang asasi karena kehilangan itu. Maut seperti halnja bentjana dan kemalangan lainnja didalam hidup ini menodai rasa-kebanggaannja dan oléh karena itu tak lain melainkan harus dihadapi sebagai suatu malu besar.

Banjak tjerita tentang sikap menghadapi maut itu. Seorang saudara perempuan seorang pemimpin tertinggi ber-sama2 dengan anak perempuannja pergi ke Victoria. Mungkin karena meréka terlalu banjak minum whiskey kwalitét buruk atau karena kanonja terbalik, alhasil meréka tidak kembali lagi. Pemimpin tertinggi itu menghimpun pradjurit2nja. „Saja bertanja kepada Saudara2, hai suku2, siapa jang harus menangis ? Saja atau orang lain ?” Tentu sadja djawab djurubitjaranja : „Bukannja Tuanku, pemimpin tertinggi. Biarlah orang lain sadja dari golongan suku lain.” Segera itupun meréka memasang tiangpeperangan untuk mengumumkan rentjananja akan menghapuskan malu dan akan mengadakan serangan. Meréka berangkat dan mendjumpai tudjuh orang laki2 dan dua anak2 jang sedang tidur. Maka dibunuhnyalah meréka itu. „Maka meréka merasa senang dan énak, ketika tiba kembali malamnja di Sebaa.”

Orang laki2, jang sekarang masih hidup, melukiskan salah suatu pengajamannja dalam tahun tudjupuluhan, ketika ia menangkap ikan mentjari gigi2an. Ia menginap dirumah Tlabid, salah seorang pemimpin tertinggi suku. Malam itu ia tidur didalam kemah dipantai, ketika ada dua orang laki2 membangunkan dia, seraja katanja : „Kita datang untuk membunuh pemimpin. tertinggi Tlabid karena puteri pemimpin tertinggi kita, Gagaheme, meninggal dunia. Kita membawa tiga kano besar dan djumlah anakbuahnja enampuluh. Kita tidak bisa kembali dengan tidak membawa kepala Tlabid.” Ketika sarapan si tamu mentjeritakan hal ini kepada Tlabid dan Tlabid berkata : „Ja, Saudaraku, Gagaheme, adalah pamanku, sebab ibu ajahnja adalah ibu2ku: sudah tentu ia tak akan berbuat djahat terhadap diriku.” Meréka makan ,dan