Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/185

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

186

POLA-POLA KEBUDAJAAN

malu. Djadi sjaman2 itu dikalangan orang2 Kwakiutl sudah biasa untuk mempergunakan tipumuslihat2 tersembunji dalam pertundjukan2nja dan djikalau tipumuslihatnja ketahuar, maka hal ini dianggap sebagai suatu kekalihan jang sama nijainja dengan kekalahan jang diderita dalam suatu perlombaan-potlatch.

Seperti halnja pemimpin2 duniawi, seorang sjamanpun harus menguatkan hak2nja dengan djalan mem-bagi2 kekajaan. Djikalau ia menjembuhkan orang sakit, maka ia diberi upah sesuai dengan kekajaan dan deradjat keluarga si sakit, tak ada bedanja seperti waktu membagi2kan kekajaan, Menurut pendapat orang2 Kwakiutl, sjamanisme ialah ,,sesuatu jang memudahkan untuk mengumpulkan kekajaan,” Jakni suatu tjara untuk mendapat hak2 jang berharga tanpa membeli atau karena warisan, jang semuanja itu bisa dipergunakan untuk meningkatkan kedudukan orang jang bersangkutan diatas tangga masjarakat.

Akan tetapi djuga mungkin dikalangan orang2 Kwakintl, bahwa hak2 seorang sjaman didapatinja karena warisan atau membeli, seperti halnja dengan semua hak2 lainnja. Sudah barang tentu bahwa tipumuslihat2 dan ketjakapan2 seorang sjaman harus dipeladjari dan memang benar bahwa sjaman2 jang mengadjarkannja kepada seorang baru untuk ini mendapat pembajaran. Kita tak mengetahui bagaimana pada umumnja pangkat adikodrati itu dipindahkan kepada orang lain. Kadang2 ada orang2 jang mewedjang anak2-laki2nja mendjadi sjaman setelah mereka itu beberapa waktu lamanja mengasingkan dirinja dalam hutan2, tak bedanja dengan penari2-Kanibal. Sjaman besar jang bernama Si Pandir memuntahkan bagian2 kristal dari tubuhnja dan memasukkannja dalam tubuh anak-laki2nja dan dengan begitu anak-laki2nja ini mendjadi sjaman kelas satu. Sudah barang tentu bahwa ajahnja dengan perbuatannja ini kehilangan semua hak2nja untuk bisa bertindak sebagai sjaman.

Kelakuan di Pesisir Barat-Laut disemua lapangan dikuasai oleh kebutuhan untuk memperlihatkan kebesaran perseorangan dan untuk membuktikan kelinaan saingannja. Hal ini dilakukan dengan pemudjian diri sendiri tanpa batas dan tjemoohan serta penghinaan terhadap lawan2nja. Dan masih ada lagi segi lain. Dikalangan orang2 Kwakiutl ketjemasan akan ditertawakan orang dianggap sama beratnja dengan pengertian pengalami penghinaan. Mereka hanja mengakui adanja satu tangga-nada émosi2, jakni jang terdiri antara kemenangan dan malu. Pertukaran ékonomi, perkawinan, kehidupah politik dan praktek agama terdjadi dengan diiringi oléh saling melemparkan hinaan2. Akan tetapi inipun hanja memberi gambaran jang masih kurang lengkap tentang bagaimana sesungguhnja kelakuan orang Kwakiutl ditentukan oleh ketakutannja akan mendapat malu. Pesisir Barat-Laut djuga mengikuti