Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/150

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

DOBU

151


„Ubi adalah seperti manusia,” demikian ia mendjelaskan. ,,Mereka memahami ini. Djjika ada ubi jang mengatakan: ,,Ubi sana itu disihir, mengapa aku tidak?”, maka ia mendjadi marah sekali, dan tumbuhnja sembarangan sadja.” Apa jang berlaku bagi manusia, berlaku pula bagi mahluk2 adikodrati.


Menurut anggapan orang Dobu, orang jang mendendam, mempunjai suatu sendjata jang tak dipunjai oleh mahluk2 adikodrati. Ia bisa mentjoba bunuh-diri atau menebang pohon2nja, jang buahnja ditjuri orang. Ini adalah tjara terachir untuk menutupi malu orang jang dihina, dan menurut anggapan mereka dengan demikian ia akan mendapat sokongan dari susunja sendiri Seperti Kita ketahui, pertjobaan membunuh diri atjap kali merupakan djawaban terhadap sengketa2 dalam rumahtangga, supaja clannja bertindak untuk menolong suam: jang dihina itu. Adat-istiadat untuk menebang pohonnja sendiri, djika buah2 annja ditjuri orang, agak kurang djelas maksudnja. Orang2 jang tak memiliki mantera2 pembangkit penjakit, bisa mengutuk pohon2 itu dengan menjebut ketjelakaan atau penjakit parah, sehingga kerabat jang terdekatpun menderita, dan si pentjuri, itu mungkin sekali kena bala atau penjakit jang dimaksudkan oléh si pengutuk itu. Djikalau orang jang dikutuknja itu tidak apa2, maka ditebangnja pohonnja. Ini adalah politik jang sama dengan jang didjalankan pada pertjobaan membunuh diri, akan tetapi disini ternjata dengan djelasnja, bahwa tiada suatu maksud untuk menimbulkan rasa belaskasihan atau supaja mendapat bantuan dari kerabat2nja: Rupa2nja, djikalau seorang Dobu merasa dirinja mendapat hinaan jang berat, ia lalu mengikut-sertakan disinja beserta milik2nja mendjadi korban pembalasannja dan korban nafsunja untuk menghantjurkan. Hal ini memang dibenarkan bahkan ditondjolkan dalam lembaga2nja. Ja terikat oleh suatu teknik jang sama, meskipun ia, seperti tjontoh diatas, menggunakannja itu terhadap dirinya sendiri.


Penghidupan di Dobu menjuburkan bentuk2 Ekstrim berupa permusuhan dan kedjahatan, jang oleh lembaga2 diluar Dobu diperkegjil se-ketjilenja oleh peraturan? dan adatkebiasaan? jang tertentu. Sebaliknja, lembaga2 di Dobu bahkait memperbesar sebesar2nja permusuhan dan kedjahatan itu. Orang2 Dobu membiarkan kengerian2 manusia jang ditimbulkan terhadap sikap permusuhan dunia, dan berdasarkan pandangan-hidupnja mereka mentjari korban untuk melempiaskan rasa permusuhannja, jang dianggapnja bahwa hal ini disebabkan oleh masjarakat manusia dan tenaga? alam. Bagi mereka penghidupan ini se-olah2 suatu perdjuangan mati2an, dimana musuh2 saling hadap menghadapi,