Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/149

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

150

POLA-POLA KEBUDAJAAN


tetapi djuga karena ibunja anaknja banjak sekali, demikian pula nénéknja. Alo adalah anak laki2 tertua dari garis-keturunan tertua, sedangkan saudara2 sekandungnja, laki2 maupun perempuan, merupakan majoritét dalam désa. Maka, rupa2nja bentuk kekuasaan sjah di Dobu, meskipun djarang sekali adanja, kadang2 berdasarkan keadaan2 jang kebetulan seperti misalnja peribadi jang kuat ditambah dengan hal mewarisi sihir dalam suatu keluarga, jang terkenal karena sihirnja dan keturunan2nja jang subur.”


Sengketa penuh chianat, jang mendjadi ideal kesusilaan di Dobu tak diringankan oleh adat2 sosial jang mengandung kekuatan hukum. Sengketa inipun tidak diperhalus dengan suatu tjita pengampunan atau keramahtamahan. Sendjata jang dipakai tak meninggalkan bekas. Itulah sebabnja mereka tak membuang waktu dengan mengeluarkan tantangan2 dan hina2an, jang malah mengandung risiko bahwa rentjana2nja mendjadi berantakan. Hanja dalam pesta keupatjaraan satu2nja jang telah kita bentangkan, tradisi mengizinkan digunakan kata2 hinaan. Dalam suatu perijakapan biasa, penduduk Dobu sangat hormat dan rendah-hati. ,,Kalau kita hendak membunuh orang, kita dekati dia, kita makan dan minum ber-sama2 dia, mungkin kita bekerdja dan ber-istirahat ber-sama2 pula ber-bulan2 lamanja. Kita menunggu waktu jang tepat. Kita sebut dia: kawan,” Oleh karena itulah dukun-peramal waktu menimbang bukti2 untuk menundjuk siapa pembunuhnja, chususnja mentjurigai mereka jang sering bergaul dengan si terbunuh,. Djika mereka sering ber-sama2 tanpa ada alasan2 jang Jazim, maka ketahuanlah sudah siapa pembunuhnja. Seperti jang dikatakan oleh Dr. Nan „Orang? Dobu, djahat laksana sjaitan, atau samasekali tidak jahat.”


Penduduk Dobu menganggap bahwa dibalik tiap2 keramah-tamahan dan kerdjasama jang baik dalam hubungan jang manapun terselip sesuatu pengchianatan. Djika ada orang jang bekerdja sungguh2, maka menurut alam-pikiran mereka tentu ia mau membikin berantakan dan menghantjurkan rentjana2 orang lain. Oleh karena itu selama Kula. tiap2 orang menggunakan suatu mantera ,,untuk menutup mulut mereka jang tinggal dirumah.” .Mereka menganggap sudah sewadjarnjalah, bahwa orang2 jang tinggal dirumah meng-halang2i mereka. Rasa mendendam selalu dianggap “sebagai suatu motif jang pasti mendatangkan akibat2. Biasanja teknik sihirnja mengikuti suatu pola, jang bisa digambarkan oleh hasratnja, supaja suatu mantera hanja bisa diutjapkan atas ubi pertama jang ditanam atau atas makanan atau hadiah pertama, jang disimpan dalam kano untuk Kula. Dr. Fortune pada suatu hari menanjakan kepada seorang ahlisihir mengenai ini. Djawabnja :