Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/114

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

BANGSA PUEBLO DI MEKSIKO BARU

115


suka akan dia. Ia tak pernah menghiraukan wanita². „Séksualitét hanjalah merupakan suatu saat dalam hidup berbahagia.

Tjita kosmologi meréka bahkan memberi bentuk pendjelmaan dari pikirannja jang sangat konsékwén. Tjita ini diprojéksikan diatas dunia adikodrati, sehingga dunia adikodrati itupun tidak dahsjat, bersifat damai dan bentji akan bahaja, sama seperti jang mereka lembagakan dalam dunia ini. Mahluk² adikodrati, kata Dr. Bunzel, „tak memusuhi manusia. Apabila mereka menjembunjikan kurnia²nja, mamanusia harus minta bantuannja dengan memberi korban, berdoa dan menggunakan magi.” Ini tak berarti berdamai dengan tenaga²dja hat. Tjita demikian itu asing bagi mereka. Meréka malahan jakin, bahwa mahluk² adikodrati mempunjai selera jang sama dengan manusia dan djikalau manusia suka menari, mahluk², adikodratipun suka menari pula. Oléh karena itu meréka membawa mahluk² adikodrati ke Zuni untuk menari dengan menggunakan topéngnja, membawa pula bungkusan²-obatnja, jang disuruhnja pula „ikut menari”. Meréka merasa senang. Bahkan djagung dalam lumbung ikut menari. „Pada peralihan matahari dimusim dingin, djikalau semua kelompok telah mengadakan upatjara²nja, maka kepala² rumahtangga mengambil enam tungkul-djagung jang tiada tjatjatnja, meletakkannja dalam kerandjang dan meréka menjanji untuk tungkul-djagung itu. Ini dinamakan „menjuruh menari djagung dan ini dilakukan, supaja djagung² tak merasa diabaikan dalam musim upatjara². Demikian pula Tari Djagung jang besar itu — jang sekarang tak diabaikan lagi — mentjapai puntjaknja dalam kegembiraan, jang meréka bisa alami ber-sama² dengan tungkul²-djagung.

Meréka tak melukiskan alamsemesta ini sebagai tempat perdjuangan antara jang baik dan djahat. Meréka tak dualisitis. Tjita jang dipunjai oleh orang² Eropah tentang kesenian-sihir, apabila ada jang diambil oleh orang² Pueblo, mengalami perobahan bentuk jang agak aneh. Meréka tak menganggapnja berasal dari pertentangan antara kekuasaan sjaitan dan Tuhan jang baik. Meréka menjesuaikannja dalam skema meréka sendiri. Kesaktian-sihir tak dianggap buruk karena berasal dari sjaitan, akan tetapi kesaktian ini „memperbudak” jang mengerdjakan sihir itu, jang djika sudah sekali dipakai tak mungkin lagi bisa dibuang. Semua kekuasaan adikodrati lainnja hanja dipergunakan untuk keperluan jang tertentu. Dengan menanam tongkat²-doa dan memperhatikan tabu² se-baik².ja orang membuktikan telah melakukan perbuatan² keramat. Kalau semuanja itu sudah selesai, ia pergi mengun-djugi saudara² perempuan ajahnja untuk minta supaja kepalanja ditjutji dan kemudian menuntut kehidupan duniawi lagi. Atau seorang padri menjerahkan kekuasaannja kepada paderi lainnja, jang memeli-