Halaman:Pola-Pola Kebudajaan.pdf/113

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

114

POLA-POLA KEBUDAJAAN

an tak-sadar, jang dilakukan sampai se-djauh2nja, sehingga menggelikan.

Penolakan sematjam itu rupa2nja telah menghapuskan semua bekas2 dari tjerita2 kosmologis tentang persetubuhan sebagai asal-mula dunia. Limapuluh tahun j.l. Gushing mentjatat di Zuni suatu penundjukan kepada tjerita ini, jang azasi bagi gambaran-dunia semua suku2 Yuman di Baratdaja (jang tak termasuk kebudajaan Pueblo) dan djuga banjak daérah2 disekitarnja. Matahari membuntingkan bumi dan dari haribaannja keluarlah hidup ― baik benda2 mati jang dipakai oléh manusia maupun manusia dan binatang. Sedjak masa Gushing telah tertjatat mythos2 jang berasal dari berbagai sjarikat2, padri2 dan awan2 tentang asal-mula dunia ini, masih selalu dikatakan orang, bahwa kehidupan terdjadi mula2 dilapisan dunia keempat, akan tetapi meréka tak menganggapnja ini sebagai haribaan bumi, jang dibuntingkan oléh bapa-langit. Fantasi meréka tak sampai disitu.

Sikap orang2 di Zuni terhadap masalah2 séksuil agak mirip2 sedikit dengan apa jang diperadaban kita dinamakan puritanisme, akan tetapi kontras2nja sama djelasnja dengan persamaan2nja. Sikap puritan terhadap masalah2 séksuil berasal dari kenjataan bahwa masalah séksuil itu disamakan dengan dosa, jakni suatu pengertian, jang samasekali tak dikenal dikalangan orang2 di Zuni, tak sadja dilapangan séksuil akan tetapi djuga dilapangan2 lainnja. Meréka tak menderita perasaan2-dosa dan tak menganggap masalah séksuil itu sebagai réntétan godaan2, jang harus dilawan dengan mentjurahkan kemauan se-kuat2nja. Kesutjian-kelamin sebagai filsafat-hidup dianggap tidak baik; dalam tjerita2-rakjat jang paling diketjam dengan keras ialah gadis2 tjongkak, jang waktu mudanja tak mau kawin. Meréka tinggal dirumah, bekerdja, dan tidak menggunakan kesempatan2 jang diboléhkan oléh adat-istiadat, dimana meréka dikagumi oléh djedjaka2. Akan tetapi tindakan2 para déwa tak sesuai dengan peraturan2 jang sifatnja puritan. Meréka turun kedunia dan meskipun menghadapi banjak kesukaran2 mereka berhasil untuk tidur ber-sama2 dengan gadis2 itu dan meréka memberi peladjaran tentang kenikmatan dan kerendahan-hati Dengan djalan „tjara disiplin jang lunak” ini meréka berhasil mentjapai tudjuan, dimana gadis dalam perkawinan mendapatkan kebahagiaan manusia jang sedjati.

Perhubungan2 baik antara laki2 dan perempuan hanjalah merupakan suatu bentuk perhubungan jang baik anatara manusia pada umumnja. Dimana kita mengadakan perbédaan jang azasi, maka komentarnja jang biasa berbunji : „Semua orang suka akan dia. Ia selalu terlibat dalam kisah pertjintaan dengan wanita2”. Atau, „Tak ada orang jang