Djadi dapatlah dilihat bahwa Undang-undang 1918 ini mengintegrasikan pendidikan pra-sekolah serta sekolah sambungan kedalam sistim persekolahan. Djuga diusahakan memperpandjang masa wadjib beladjar. Sajang sekali, karena keadaan keuangan negara sangat lemah sesudah perang, banjak rentjana-rentjana jang diatur itu terbangkalai semuanja.
Misalnja dalam tahun 1921 suatu panitia perbelandjaan nasional jang diketuai oleh E. Geddes, mengusulkan agar subsidi pendidikan dikurangi dengan kira-kira sepertiga. Akibat dari “Kampak Geddes” ini
ialah suatu kemunduran disegala segi pendidikan umum.
Sesudah Partai Buruh mulai memegang tampuk pemerintahan dalam tahun 1924, mulailah diusahakan perbaikan-perbaikan. Pendirian partai itu ialah bahwa semua anak harus diberi pendidikan menengah. Dr Tawney, seorang dosen ekonomi dan pendekar sosialisme memberi suatu interpretasi dari slogan Partai Buruh itu. Jang dimaksud ialah bahwa pendidikan rendah dan menengah harus merupakan 2 taraf dalam suatu proses jang kontinu, jang satu merupakan persiapan bagi
tangga lainnja. Hanja dengan demikianlah suatu sistim pendidikan itu bersifat demokratis dan dapat dipertanggung-djawabkan setjara pedagogis. Djadi jang ingin dihapuskan ialah dualisme jang memisahkan
pendidikan rakjat djelata (jaitu sekolah rendah ditambah dengan sekolah sambungan) dari pendidikan orang jang berada (sekolah rendah dan sekolah menengah jang tertudju pada pendidikan tinggi).
Sesudah diadakan penelitian dibidang pendidikan diatas sekolah rendah, maka dalam tahun 1926 keluarlah The Education of the Adolescent, jaitu laporan dari Panitia Penasehat Departemen Pendidikan, jang pada umummnja terkenal sebagai Laporan Hadow menurut nama ketua panitia tersebut.
Inti laporan ini ialah andjuran agar pendidikan menengah djangan hanja hak dari 10% dari anak-anak jang bersekolah, seperti halnja sampai waktu itu, akan tetapi mendjadi pendidikan jang sewadjarnja bagi semua anak antara 11 dan 14 atau 15 tahun. Pada umur antara 11 dan 12 tahun sianak dimasukkan kesekolah menengah, suatu sekolah
jang berbeda dari sekolah rendah dan jang lebih memberi perhatian kepada kebutuhan anak-anak jang meningkat dewasa.
Oleh karena kebutuhan anak-anak adalah beraneka-ragam, maka dibutuhkan pula beberapa matjam sekolah menengah. Djenis jang pertama menurut Laporan Hadow ialah grammar school, sekolah menengah jang akademis, seperti jang sudah berdiri di Inggeris sedjak abad pertengahan dan djuga jang timbul sedjak Undang-undang 1902. Sekolah-sekolah akademis inilah jang merupakan persiapan untuk perguruan tinggi. Djenis jang kedua ialah modern school, jang akan memberi peladjaran jang serba praktis salam dua tahun terachir daripada 4 tahun itu.
61