kenal ialah Ecole Polytechnique jang menghasilkan insinjur-ingjur sipil dan militer. Keduanja adalah perguruan agung. Diantara jang terkenal ialah Conservatoire National des Arts et Métiers( suatu institut teknologi), Ecole Nationale Supérieure des Mines (institut pertambangan), Ecole Centrale des Arts et Manufactures (institut teknologi industri) dan 'Ecole Nationale d’Administration (administrasi negara dan perdagangan).
Diatas sudah disebut sikap jang isolasionistis dari perguruan-perguruan agung ini. Orang sudah mulai mengusulkan supaja oleh lembaga-lembaga ini diadakan kerdja-sama dengan universitas-universitas. Djuga diandjurkan agar kurikulumnja tidak terlalu berspesialisasi dan diberi djuga ilmu-ilmu budaja jang dapat membantu perkembang pribadi simahasiswa.
Djuga dilantjarkan kritik bahwa Grandes Ecoles itu sudah mendjadj benteng tempat bertjokolnja suatu "kasta piihan” jang angkuh dan terpisah dari masjarakat ramai, dan dengan monopolinja dalam banjak bidang kehidupan, malahan sudah merupakan “negara dalam negara”. Sampai sekarang kelihatannja usul pembaruan ini belum dipraktekkan, dan pembaruan Berthoin dalam tahun 1959 boleh dikatakan sama sekali tidak menjinggung praktek-praktek diperguruan tinggi.
Lebih dari setengah dari djumlah mahasiswa Perantjis seluruhnja mendjadi mahasiswa pada Universitas Paris (Sorbonne). Ini adalah akibat sentralisasi jang djuga mendjadi tjiri kehidupan kebudajaan Perantjis. Untuk mentjapai kemadjuan orang harus ke Paris, kepusat.
Tentu sadja hal ini tidak dapat dibiarkan berlarut-larut.
Sekarang sedang diusahakan beberapa tindakan untuk menghilangkan konsentrasi ini. Beberapa Grandes Ecoles jang ada didaerah-daerah akan ditempatkan sesuai dengan suatu rentjana re-allokasi nasional. Djuga universitas-universitas diluar Paris akan diberi bantuan keuangan agar perlengkapannja akan lebih menarik bagi mahasiswa-mahasiswa. Hal ini djuga akan bersesuaian dengan usaha penjebaran industri didaerah-daerah pedesaan dan perkembangan universitas daerah akan membantu pula.
Djuga oleh suatu panitia chusus dari Badan Pengembangan Iimu diusulkan agar kehidupan dan tudjuan fakultas-fakultas ilmu pasti/alam dan teknologi lebih didekatkan dengan sadar pada perkembangan industri dan tidak terlalu abstrak.
Studi bebas jang sedjak dahulu mendjadi salah suatu tjiri kehidupa universitas Perantijis djuga mulai mendapat kritik. Orang mulai membandingkan djumlah dosen dengan mahasiswa disana, dengan keadaa di Amerika Serikat dan Uni Soviet. Universitas Paris mempunjai seorang dosen untuk rata-rata 269 mahasiswa ; universitas-universitas diluar Paris mempunjai perbandingan 1:99, sedang di Amerika 43 dan Rusia kira-kira 1 : 15.
38