pertengahan itu bukanlah sekolah menengah jang “kepalanja sudah dipenggal”,. sebagaimana dinjatakan oleh beberapa orang. Kurikulum umum untuk semua itu akan sungguh-sungguh merupakan pendidikan, sedang anak-anak jang berbakat tidak akan terlantar. Harus pula diingat bahwa sangat sukarlah untuk menentukan pada umur 11 tahun, bakat dari seorang murid dan itulah sebabnja perlu ada masa orientasi.
Jang boleh dikatakan keanehan dari rentjana Billéres ini ialah bahwa dalam tahun 1957 itu djuga rentjana itu diterima baik dan mendjadi undang-undang. Hal jang penting pula ialah bahwa diluar parlemen, rentjana itu diterima baik oleh persatuan guru jang sangat berkuasa ialah Syndicat Général de l'Education Nationale.
Djadi dapatlah dilihat bahwa pendapat umum sudah mulai berubah dan gagasan-gagasan pembaruan mulai diterima. Jang perlu dinantikan sekarang ialah apakah rentjana Billéres ini sungguh-sungguh dapat dilaksanakan dalam praktek.
Diatas sudah disinggung bahwa M. Berthoin mendapat kesempatan pula melaksanakan beberapa perubahan sesudah De Gaulle mendapat kekuasaan jang lebih luas dalam tahun 1958. Peraturan-peraturan jang dikeluarkan oleh M. Berthoin tidak akan kita bitjarakan dalam bagian ini, melainkan akan disinggung waktu membitjarakan taraf-taraf pendidikan satu persatu.
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Diatas sudah disinggung bahwa sistim université jang dimulai oleh Napoleon masih merupakan dasar administrasi pendidikan Perantjis sampai dewasa ini. Sistim imi sangat sentralistis, sebagai suatu bagian sadja dari sentralisasi disemua administrasi kenegaraan dinegara itu.
Kalau kita batja buku-buku sedjarah pendidikan jang ditulis di Perantjis, maka djarang kita bertemu dengan usaha orang melantjarkan kritik atas/atau membertahankan sentralisasi ini. Begitulah sistim itu sudah diterima orang tanpa pertanjaan apa-apa. Akan tetapi diluar Perantjis, banjak orang jang sudah menjatakan pendapatnja tentang kebaikan atau keburukannja.
Misalnja de Madariaga menjatakan pendapatnja bahwa sentralisasi ialah akibat jang wadjar dari intelektualisme jang bersimaharadjalela di Perantjis, jang mempunjai ketjenderungan pada suatu simetri dan "keadaan teratur” dan ”susunan jang piramidal”.
Dari dahulu susunan administrasi pendidikan Perantjis mempunjai 2 aspek, jaitu selain sentralisasi, djuga pemisahan beberapa bagian didalamnja. Pemisahan ini ialah akibat dari anggapan bahwa sekolah rendah berbeda dan terpisah dari sekolah persiapan untuk sekolah menengah dan bahwa sekolah umum terpisah dari sekolah kedjuruan.
17