Lompat ke isi

Halaman:Perbandingan Pendidikan.pdf/26

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini telah diuji baca

Djadi terdapatlah keadaan dimana sekolah-sekolah geredja sedjadjar dan sering bersaingan dengan sekolah pemerintah. Ini membawa akibat bahwa guru-guru pemerintah merasa dirinja "Pembela" republik, sedang kaum guru Katolik bukan teman, kalau bukan dianggap musuh.

Djuga dapat dikatakan bahwa daerah-daerah pedesaan terus menerus setia pada tradisi keagamaan itu dan dengan demikian sedikit banjaknja menjokong fihak geredja djuga. Djadi kadang-kadang terdapatlah keadaan jang agak lutju didesa-desa Perantjis. dimana sigutu pemerintah sebagai pentolan kaum radikal atau "Kiri", berhadapan dengan sipendeta jang mewakili kaum konserpatip atau "Kanan".

Lama-kelamaan perasaan bertentangan ini makin berkurang. Republik makin kukuh kedudukannja dan kaum agama lambat-laun menerimanja dengan baik. Antara tahun 1918 dan 1937 pertentangan ini makin luntur karena banjak pula kaum pendeta jang muda-muda memasuki gerakan Kristen Sosialis. Ini tentu sedja mengurangi konservatisme dikalangan agama dan dengan demikian kaum radikal tidak mempunjai bulan-bulanan lagi.

Dalam abad ke-18 dan ke-19 beberapa pengarang dan pemikir kelihatan pengaruhnja dalam perkembangan pendidikan di Perantjis. Sebagaimana umum ketahui gagasan-gagasan Rousseau bukan sadja berpengaruh dinegerinja sendiri, akan tetapi dinegeri-negeri lain djuga.

Dalam tahun 1792, pada waktu repolusi masih berdjalan, Condercet mengusulkan agar diadakannja suatu sistim pendidikan untuk semua orang, disebar luas disemua commune, jang akan merupakan dasar bagi suatu piramide susunan pendidikan dengan universitas-universitas dan Kementerian Pendidikan Umum sebagai puntjaknja.

Dalam tahun 1808 Napoleon mendirikan Université Impériale de France, jang agak berlainan dari arti universitas dewasa ini, merupakan badan satu-satunja jang mentjakup seluruh sistim pendidikan dari sekolah rendah sampai perguruan tinggi.

Seluruh negeri dibagi atas daerah-daerah jang dinamakan académic, jang administrasinja diseragamkan dan semuanja berada dibawah kantor pusat di Paris. Université tersebut dipimpin oleh seorang jang dinamakan Grand Maitre de l'Université jang diangkat oleh Napoleon sendiri. Académie itu masing-masing mempunjai satu universitas sebagai pusatnja dan presiden universitas inilah jang mengepalai daerah pendidikan itu dan bertanggung djawab atas segala sesuatunja jang berkenaan dengan pendidikan, pengadjaran menengah dan tinggi.

Rangka sentralisasi ini masih terus berlaku sampai dewasa ini. Dimana jang lampau terdjadi beberapa perubahan dalam soal pembagian daerah akademi. Djuga djabatan Grand Maitre dihapuskan dan

4