kan bila semuanya bagi seniman dapat memberi rangsangan untuk mencipta dan berkarya. Betapa tidak, lihatlah di Tanjung dengan cuatan-cuatan lenggi Eder, di Salopeng dicekam oleh leng-alengan dengan naga berkepala burungnya, di Pasongsongan terpaku oleh berkele batnya layar yang berwama-warni, di Sapulu sampan Polangan bagai putri tidur di pantai landai, di Batal barat sanggan Kalela'an sating berangguk, sedang di Tamberu jabaran les-ales bagaikan ikan-ikan menganga dengan mennoran sebagai umpan penariknya. Pelukis-pelukis seperti Maria Tjui dan Affandi banyak mengabadikan keadaan ini. Dalam seni musik karawitan telah terkenal gending "pan-sampanan" Madura, selalu dimainkan oleh perkumpulan karawitan di manamana. Not yang semula oleh Pak Seconegoro disesuaikan dengan not sistem Ki Hajar Dewantara, diubah oleh Pak Abd. Sukur sebagai berikut :
Buka p
l 6
l 6
p
p
5 "3 6 5
65
p p 3 2 16
p
I6
G 5 3 PG 32 PG 5 3 ......
Syairnya yang tennashur adalah : Pan-sampanan ja' nga-nengnga Ngarambang talena panceng ... . . . dan seterusnya (Bersampan jangan terlalu ketengah Terapung tali pancin g....... ) Lagu-lagu Madura yang telah mashur seperti "Tanduk majang" atau "Olee ,"'lang" dengan syair sebagai herikut: Ngapote wa' lajara etangale , Renr majang la tantona pada mole, Mon tanggu dari ambet pajalana , Mase bannya'a onggu le-ollena .... dan seterusnya (Keputih-putihan layarnya kelihatan, Sudah ten tu para nelayan bersama pulang, Bila dilihat dari sarat perjalanannya , Seakan banyak hasil perolehannya) .... . .
26