Halaman:Penghidoepan Radja Belgie.pdf/41

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 35 —

 Habis, ada apatah lagi laen katinggalan boeat Belgie? Malaenken Afrika! Di sitoe tjoema masi terboeka, aken baginda sarapeken niatnja, di sitoe masi ada kating­galan tanah, jang belon mendjadi kapoenjahannja laen orang, dan malaenkan tanah di sitoe djoega, jang masi banjak menjimpen harta . . , mas, gading, intan . . . . .

 Ia poeter itoe bola doenia ka kiri.

 Nah, betoel sadja! Masi ada!

 Aken tetapi boeat bikin permoelahan disitoe, ia perloe sekali misti banjak mempoenja oewang, dan djoestroe itoe moestika jang paling bergoena, tida ada pada dirinja.

 Samantara itoe pintoe kamar ada terketok dengen plahan sekali.

 Bebrapa sa'at ia tinggal berdiri dengen pikiran melajang, kamoedian laloe berseroe:

 „Masoek!”

 „Padoeka toewan Prins van SaksenCoburg ingin bitjara, Sri baginda.”

 „Kaloe akoe ada begitoe hartawan seperti ia, nistjaja samoewa nanti terdjadi dengen gampang sekali,” berpikir baginda. Tapi boeat harep pertoeloengannja, itoelah ada hal jang sama sekali tida boleh mendjadi, kerna itoe prins ada saorang jang malaenkan