— 257 —
lagi. Aken tetapi sigra orang jang mendatengi soeda ada terlaloe dekat, hingga si bangsawan kolot tida lagi bisa memandang dengen laloewasa.
Sasoenggoenja itoe nona jang dateng boeat melajani, ada saorang jang tjantik sekali. Ia masi moeda, dan baginda poenja mata brani pastiken, ia tida ada lebi toewa dari pangkatan oemoer toedjoe belas atawa delapan belas tahon. Doewa matanja ada bependar-pendar, meliat pada itoe doewa tetamoe agoeng, dan gerak-gerakannja ada amat sembabat dengen ia poenja potongan toeboe dan paras.
„Apatah jang di'inginken oleh toewan-toewan?" tanja ia kamoedian dalem bahasa Prasman.
„Pertama," kata baginda, jang di itoe masa ada rasaken diri sabagi djadi moeda kombali, lantaran liat kaelokan, „pertama akoe ingin taoe, namanja orang jang telah menanja dengen begitoe manis boedi."
„Goena apa?" tanja poelah itoe nona tjantik. „Panggil sadja akoe menoeroet toewan poenja soeka."
„Tida, itoe akoe koerang senang. Kerna akoe sanantiasa soeka sekali menimpalken namanja barang dengen itoe barang sendiri."