Halaman:Penghidoepan Radja Belgie.pdf/26

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 20 —

 „Slamat tinggal, slamat tinggal!” kata ia poelah dengen soeara berbisik, samantara ia toeroet orang pimpin padanja kaloear kamar.

_______________
II
_____

 „Bagimana kaoe poenja pengrasahan, Louise, sa'ande kaoe misti memilih penghidoepan satjara orang ketjil?”

 „Satjara orang ketjil? . . . . . . O, kaoe barangkali maoe kata sabagi manoesia biasa, mama!”

 „Hajo, Louise, djangan bertingka begitoe sabagi orang jang tida mengarti! Kerna akoe brani bilang, kaoe taoe betoel apa adanja akoe poenja maksoed.”

 „Kaloe begitoe, mama, biarlah kita-orang bitjara dengen plahan, dan sembari me­nimbang.”

 „Memang, itoe ada jang paling baek, anak! Tapi, djanganlah kaoe lantas mendjadi hilang sabar, bilah akoe menanjaken itoe perkara. Patoetnja ini hal kita-orang soeda misti bitjaraken lebi siang.”

 „Djika mama kata demikian, mendjadi akoe maoe menanja djoega mama poenja pengrasahan hati. Djawablah: Apa jang dinamaken tjinta?”