Halaman:Penghidoepan Radja Belgie.pdf/112

Dari Wikisumber bahasa Indonesia, perpustakaan bebas
Halaman ini tervalidasi

— 96 —

 Pada esok malem djam delapan, Victor Gantier mengadap pada baginda poenja pengawal, dan membri njata maksoednja dateng di itoe astana.

 Permoelah, satelah mendenger lapoeran pengawalnja, radja Belgie djadi tertawa, dan berkata pada diri sendiri:

  „Hei, apatah ini waktoe journalist djoega bisa menjampoer tangan dalera perkara politiek? Dan apatah boleh djadi, itoe orang ketjil nanti bisa dapetken satoe daja, sedeng akoe, satoe pamarenta kawakan, soeda poeter otak dengen berachir siasia?”

 Samantara itoe baginda laloe berbangkit dari tempatnja berdoedoek, dan sembari berdjalan moendar-mandir, ia berpikir be­gini:

 „Aken tetapi siapa boleh taoe? Di ini doenia poen memang ada banjak sekali perkara jang tida bisa didoega, hingga djoega tida boleh dibilang, ada hal jang moestahil. Dari itoe biarlah akoe liat sadja, bagimana dengen itoe orang.”

 Kamoedian baginda lantas toeroeni prenta, aken minta Gantier masoek ka dalem.

 Di itoe masa tingka lakoe baginda ada manis sekali. Ia samboet dengen hormat koendjoengan itoe penoelis soerat kabar,