— 25 —
tida kenal pada itoe orang-orang, maka ia tinggal berdiri sambil mengawasi.
Koenjoeng-koenjoeng itoe orang jang toenggang koeda dan dipajoengin dengen pajoeng kabesaran jang bewarna idjo, menoeding padanja sambil membentak:
,,Oh, oh, bangsat! Betoel kaoe ini koerang adjar dan brani mati sekali!"
Siauw-tjhit djadi bengong, kerna tida taoe mengapa orang boleh memaki padanja jang zonder mempoenjai sala.
Kadoea pengikoetnja jang soeda sedia boeat berangkat, djoega djadi heran dan mengawasi dengen tida berkata-kata.
Koedanja Thio Kan-poan soeda madjoe samingkin deket, dan pembesar ini jang memang beradat sombong dan kira orang boleh djadi takoet lantaran dirinja ada mendjadi Thaijsioe, djadi samingkin goesar satelah meliat Siauw-tjhit dengen doea kawannja tinggal berdiri, tida maoe berloetoet atawa membri hormat.
,,Bangsat! Bangsat jang koerang adjar dan brani mati!" berseroeh poela ini Thaijsioe sambil menoeding: ,,soeda lama memang akoe doega jang kaoe ada bersemboeni di ini tempat, dan sekarang njatalah doegahankoe tida kliroe."
,,Hajo tangkep lekas ini tiga bangsat!" kata poela Thio Kan-poan dengen soeara mamerenta